Manado (ANTARA News) - Genap seminggu bencana banjir bandang menerjang Tomohon, Minahasa, dan Manado di Sulawesi Utara, air telah surut namun kondisi kehidupan sebagian masyarakat belum kembali normal.Satu minggu kan masa tanggap darurat. Kalau pemerintah daerah sudah tetapkan (masa rehabilitasi), satu minggu pasti sudah jauh lebih baik.
Kawasan pusat pemerintahan Kota Manado yang juga sempat terendam setinggi hingga empat meter sudah menampakkan aktivitas di hari ke-5 pascabanjir bandang. Air yang merendam daerah hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano kali ini memang terparah dalam delapan tahun terakhir ditambah pasang yang membuat air tidak lekas surut.
Jalan-jalan utama di Kota Manado pun sudah macet parah oleh kendaraan meski sebagian jalan masih tertutup sampah dan puing sisa banjir. Debu halus dari lumpur yang sempat mengering pun beterbangan saat kendaraan dilajukan sedikit kencang.
Jalan-jalan utama di pusat pemerintahan Sulawesi Utara (Sulut) ini memang sempat berubah fungsi menjadi jalur luapan air bandang dari DAS Tondano yang mengalir ke Teluk Manado. Garis berwarna coklat di dinding-dinding rumah sepanjang jalan-jalan utama menjadi penanda tingginya air banjir.
Aktivitas warga yang menjadi korban banjir bandang di hari ke-5 pascabanjir bandang tidak lebih dari membersihkan rumah dari lumpur dan sampah dengan peralatan seadanya. Air menjadi kendala bagi mereka untuk membersihkan bekas banjir yang merusak seisi rumah.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla saat bertemu dengan Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang sesaat setelah tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, mengatakan rehabilitasi harus dilakukan dengan cepat.
Menurut dia, satu minggu harus sudah cukup untuk mengembalikan aktivitas warga yang menjadi korban banjir bandang, dan Kota Manado, Minahasa, dan Tomohon harus sudah bersih dari sampah dan puing-puing.
"PMI akan membantu rehabilitasi sampai warga kembali ke rumah masing-masing," ujar mantan Wakil Presiden yang akrab disapa JK ini.
Setelah meninjau dan berdialog dengan korban banjir bandang di beberapa kelurahan di Kecamatan Tikala, Wanea, dan Singkil, ia segera berkoordinasi dengan anggota PMI, BUMN, pihak swasta, dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membantu menjalankan rehabilitasi.
Ia meminta sejumlah pihak swasta dan BUMN membantu mengerahkan truk mereka untuk mengakut tangki-tangki air berkapasitas 2x2500 liter untuk didistribusikan ke sejumlah warga di kecamatan yang menjadi korban banjir bandang. Sebanyak 15 truk per hari akan mendistribusikan air bersih selama tiga minggu.
Truk-truk lain dan 20 alat-alat kontruksi (alkon) juga didatangkan digunakan untuk membantu mengeruk dan mengangkut sampah serta puing-puing di beberapa kecamatan. PMI mendatangkan sekop, jerigen, hingga pompa air dari Makassar untuk membantu warga membersihkan rumahnya.
"Relawan PMI juga akan turun bantu bersihkan sumur-sumur yang bercampur lumpur dan kotoran lain, air penting sekali kalau tidak bagaimana mereka bersihkan rumah. Sudah ada beberapa pompa air tapi masih kurang jadi kita kirim dari Makassar," ujar JK saat berkoordinasi di Kantor PMI Sulut.
Ia pun lantas menghubungi Dirut PT Pertamina untuk mengkoordinasikan bantuan 5.000 kompor dan tabung gas elpiji yang didatangkan dari Makassar. "PMI akan membantu mendistribusikannya (di hari ke-6 pascabanjir)," katanya.
"Penting sekali supaya mereka (korban banjir bandang) bisa cepat kembali ke rumah. Kalau terlalu lama di pengungsian bisa kena penyakit, depresi, bahaya itu," ujar JK.
Karena itu lah ia merasa yakin jika setelah satu minggu masa rehabilitasi dilakukan dengan cepat maka korban banjir bandang pada 15 Januari 2014 lalu dapat kembali lagi ke rumah masing-masing.
"Satu minggu kan masa tanggap darurat. Kalau pemerintah daerah sudah tetapkan (masa rehabilitasi), satu minggu pasti sudah jauh lebih baik," ujarnya.
Rekonstruksi komunitas
Data pasti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut mau pun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut terkait jumlah rumah yang hanyut, rusak berat, hingga rusak ringan memang belum ada. Namun data awal menyebutkan lebih dari 116 rumah hanyut di Kota Manado.
JK mengatakan, rekonstruksi untuk rumah-rumah warga korban banjir bandang di Manado, Tomohon, dan Minahasa juga harus segera dilakukan setelah rehabilitasi dilakukan.
"Pemerintah Pusat harus turun tangan, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang harus segera mengeluarkan dana. Yang bangun rumahnya masyarakat sendiri, mahasiswa yang mengawasi (pembangunannya)," ujar dia.
Cara rehabilitasi dan rekonstruksi komunitas pascabencana seperti ini terbukti berhasil diterapkan di Yogyakarta pascagempa 2006, bahkan memperoleh penghargaan internasional.
Pemerintah Daerah yang harus memikirkan lahannya jika memang ada relokasi, ujar JK dalam perjalanan pulang ke Jakarta usai mendatangi korban banjir bandang di Kota Manado.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemerintah Daerah bertugas mendata kerusakan rumah warga. Yang mengalami rusak berat, sedang, hingga ringgan tentu jumlah dana rekonstruksi yang diberikan akan berbeda-beda.
Komitmen PMI untuk membantu Pemerintah Daerah melakukan rehabilitasi hingga rampung ia sampaikan usai meninjau beberapa titik yang paling parah terkena banjir bandang. "Artinya PMI akan bantu sampai semua (warga) kembali ke rumah," ujar Jusuf Kalla.
Terkait dengan kondisis beberapa sekolah yang juga ikut porak-poranda akibat terendam air, ia mengatakan itu menjadi tugas Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) untuk segera mengatasinya, termasuk menyediakan lagi buku-buku untuk siswa.
"Mereka (Kemdiknas) anggarannya besar biarkan mereka yang selesaikan nanti. PMI bantu warga yang terkena bencana saja lah," lanjutnya.
Ketua PMI Sulut James Karinda mengatakan PMI telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp1 miliar hingga hari ke-5 pascabencana banjir bandang di Manado.
Evakuasi sejak hari pertama dengan menurunkan beberapa perahu karet telah dilakukan, membuka posko kesehatan dan dapur umum di lokasi bencana, dan membeli peralatan pertukangan untuk membersihkan sampah di rumah-rumah warga, hingga pendistribusian air bersih.
PMI juga menurunkan ratusan relawan untuk membantu warga membersihkan sampah, puing-puing, dan lumpur di lingkungan yang terkena banjir bandang. Hal tersebut sebagai bagian dari komitmen membantu warga hingga kembali ke rumah masing-masing.
(V002)
Oleh Virna Puspa Setyorini
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014