Warga Beijing Li Yu pada Sabtu menuturkan, masyarakat beberapa kota di wilayah utara China biasanya menyajikan dumpling atau pangsit saat tahun baru.
Masyarakat China di wilayah utara termasuk Beijing menyebut makanan yang terbuat dari daging dan sayuran cincang yang terbungkus lapisan tepung tipis itu jiaozi.
Makanan yang sudah dikenal sejak 1.600 tahun silam itu bisa berisi cincangan daging babi, sapi, ayam, udang, atau bahkan ikan dengan campuran irisan kubis, daun bawang, bawang putih dan orak-arik telur.
Campuran bahan yang digunakan sebagai isi jiaozi bisa tergantung pada selera dan daerah masing-masing.
Jioazi biasanya direbus atau dikukus dan dihidangkan bersama saus yang terbuat dari cuka dan minyak cabai atau cabai pasta pada malam Tahun Baru China serta acara reuni keluarga atau kerabat selama perayaan Tahun Baru China yang biasanya juga menandai datangnya musim semi.
Sementara di Provinsi Hunan, pangsit dibuat dari adonan tepung beras yang dibentuk menjadi bola-bola kecil lalu diisi daging dan sayuran berbumbu. Setelah direbus, bola-bola kecil isi daging itu disajikan bersama kuah.
Jiaozi adalah makanan yang melambangkan keberkahan. Kadang orang China memasukkan koin pada makanan tersebut. Orang yang menemukan koin saat memakan jiaozi dipercaya akan dikaruniai keberuntungan di sepanjang tahun yang baru.
"Anak saya selalu berhati-hati, saat memakan jiaozi...siapa tahu ada koin keberuntungan di dalamnya," kata Li Yu.
Pelengkap kebersamaan
Hidangan lain yang biasa disajikan pada perayaan Tahun Baru di China adalah ikan goreng. Dalam bahasa China pengucapan kata "ikan" sama dengan kata "surplus". Dan makan ikan pada perayaan Tahun Baru China dipercaya bisa membawa keberuntungan.
Sementara masyarakat di Nanjing, Provinsi Jiangsu, di wilayah Timur China lebih suka menyajikan lumpia isi daging babi dan sayuran pada perayaan tahun baru. Lumpia melambangkan segala harapan yang baik.
Selain itu ada sajian kue beras isi gula dan kacang, yang melambangkan peningkatan kualitas hidup di tahun baru.
Berbeda dengan di wilayah utara dan timur, masyarakat di wilayah selatan seperti di Provinsi Guangdong, lebih suka menyajikan aneka makanan berbahan daging ayam.
"Kurang lengkap tahun baru, dan festival musim semi tanpa ayam. Kami tahu ada wabah flu burung, tapi kami yakin dengan memasaknya secara benar, maka kami terhindar dari penyakit itu," tutur Liu Shunxing.
Ia mengatakan, "pokoknya harus ada daging ayam, apapun yang terjadi".
Sementara masyarakat di wilayah barat laut China, masyarakat hanya menyajikan mantou, semacam bapao di Indonesia.
"Kami biasanya membuat mantou dengan aneka bentuk menarik," kata Zhan Zixing, warga Provinisi Shaanxi.
Pewarta: Rini Utami
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014