Tan Jia Tong (11), meninggal dunia dalam musibah itu, sementara kedua orang tuanya, Tan Yi (40) dan Tang Bo (39), selamat dan hanya luka lecet pada bagian kaki dan tubuhnya.
Gadis cilik itu tewas setelah tubuhnya membentur batu karang di salah satu objek wisata terpadat di Pulau Dewata itu.
Made Arinata (32), petugas keamanan pantai Tanah Lot sempat memberikan pertolongan kepada ketiga korban. Bahkan, dia sudah mengingatkan kepada ketiganya agar tidak mendekat ke pantai pada pukul 11.00 WITA karena ombak sedang tinggi.
"Namun ketiga korban tetap turun ke pantai dan berfoto di sebelah barat Pura Penyawangan. Berkali-kali mereka saya teriaki agar menjauh dari ombak," katanya.
Peringatan Arinata tidak dihiraukan. Korban saat itu hendak difoto oleh ayahnya. "Tiba-tiba korban terpeleset. Pada saat bersamaan datang ombak besar," katanya.
Arinata dan tiga petugas keamanan pantai memberikan pertolongan kepada ketiga korban. Tubuh ketiga korban timbul-tenggelam ditelan ombak. "Baru 20 menit kemudian, kami bisa meraih tubuh korban di sebelah barat Batu Bolong," ujarnya.
Namun Tan Jia Tong tak tertolong lagi dan jasadnya langsung dilarikan ke RSUD Tabanan. Di Tanah Lot itu ketiga korban hendak makan siang karena rencananya pada sore akan langsung kembali ke negaranya. Selama berada di Bali, ketiganya menginap di Hotel Amarosa, Kuta, Kabupaten Badung.
Sementara Manajer Daya Tarik Wisata Tanah Lot, I Ketut Toya Adnyana, mengaku sudah mengantisipasi jam-jam terjadinya ombak tinggi.
"Setiap lima menit sekali kami umumkan melalui pengeras suara kepada pengunjung agar tidak mendekati pantai karena ombak tinggi sangat berbahaya," ujarnya.
Sampai saat ini polisi masih memeriksa petugas keamanan Tanah Lot untuk mendapatkan keterangan tentang peristiwa yang merenggut nyawa wisatawan asal China itu.
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014