Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Perkebunan Provinsi Riau terus menggencarkan penawaran investasi di bidang pengolahan hasil turunan minyak sawit mentah atau CPO.Investasi pengembangan produk turunan atau hilirisasi CPO terus digiatkan agar dapat menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan petani,"
"Investasi pengembangan produk turunan atau hilirisasi CPO terus digiatkan agar dapat menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan petani," kata Kasubdin Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Ferry HC Ernaputra, dalam keterangannya di Pekanbaru, Sabtu.
Ia mengatakan itu terkait banyaknya pengusaha yang mengajukan permohonan berinvestasi namun demikian lebih diharapkan mengolah hasil turunan CPO karena lahan perkebunan sawit kini sudah tidak memadai lagi.
Menurut dia, permohonan dari investor nasional dan internasional rata-rata masuk lima proposal per kabupaten yakni Kabupaten Pelalawan, Kampar, Bengkalis, Inderagiri Hulu, Rokan Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Namun demikian, kata dia, penerimaan investasi tersebut tentunya harus selektif dengan harapan hanya pengembangan investasi di bidang hilirisasi CPO.
"Banyak potensi pengembangan usaha di bidang hilirisasi CPO tersebut apalagi Riau telah memiliki 164 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang bisa dikembangkan," katanya dan menambahkan bupati terkait harus selektif menerima permohonan berinvestasi tersebut.
Ia mengatakan, bentuk turunan CPO yang bisa dikembangkan adalah industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, serta minyak goreng dan margarin.
Selain itu CPO juga dapat diolah menjadi bahan kimia, seperti methyl ester, asam lemak (fatty acid), dan gliserin (glycerine).
Bahkan saat ini pemerintah terus menggiatkan upaya bagaimana produk CPO bisa digunakan untuk bahan bakar alternatif (biodisel) dan bioetanol.
Sementara itu di Indonesia produk turunan CPO baru banyak digunakan untuk industri pangan berupa minyak goreng, margarin, shortening, dan "vegetable ghee". Kemudian untuk industri oleokimia, antara lain berupa fatty acids, fatty alcohol dan glycerin.
"Peluang investasi ini cukup besar sehingga bupati perlu selektif menerima permohonan investasi agar pengembangan ekonomi sektor perkebunan ini makin meningkat," katanya. (*)
Pewarta: Frislidia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014