Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri meminta mahasiswa untuk tidak golput, melainkan mengawasi Pemilu 2014 agar terpilih pemimpin yang baik...misalnya, kerja sama KPU dengan Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara), buat apa kerja sama itu, apakah hal itu tidak bermaksud untuk mematai-matai masyarakat?"
"Jangan golput karena kita akan mendapatkan pemimpin yang tidak kita inginkan, tapi awasi agar tidak curang," katanya di hadapan mahasiswa dan sivitas akademika Universitas Surabaya (Ubaya) guna sebuah kuliah umum, Sabtu.
Dia menyebutkan indikasi kecurangan itu mulai ada. "Misalnya, kerja sama KPU dengan Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara), buat apa kerja sama itu, apakah hal itu tidak bermaksud untuk mematai-matai masyarakat?," tuduhnya.
Dalam acara yang juga menampilkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo itu, Presiden kelima RI itu menilai kerja sama KPU-Lemsaneg mengindikasikan intelijen akan "bermain" dalam tahapan pemilu.
"Tahun ini bukan saja tahun politik, tapi tahun yang menentukan, apakah bangsa ini sudah dapat berdemokrasi secara benar seperti tahun 1955 atau masih tetap belajar berdemokrasi karena di sana sini masih melakukan kecurangan?" katanya.
Menurut dia, pemilu yang menghasilkan pemimpin yang tidak sesuai keinginan atau pemimpin yang curang akan menyengserakan rakyat.
"Masalah utama bangsa ini adalah pemimpin yang tidak berani menegakkan kepala dan bangga menjadi bangsa Indonesia sehingga pemimpin seperti itu akan mengerdilkan negara sendiri dengan selalu berharap pada bantuan orang asing," ujarnya.
Padahal, katanya, bantuan asing sebenarnya tang yang dikemas dengan istilah hibah atau investasi yang sebenarnya tidak punya apa-apa karena mereka justru ingin mengambil kekayaan bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Joko Widodo menyatakan "blusukan"-nya selama ini bukan pencitraan.
"Buat apa pencitraan, lha wong saya tidak punya televisi, apa mungkin saya bisa mengatur media massa? Tujuan utama saya adalah mendengar suara dan penderitaan masyarakat yang sebenarnya," tuturnya.
Menurut dia, pemimpin itu harus banyak mendengar suara dan penderitaan masyarakat agar program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti program Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Jakarta Pintar.
"Kartu Jakarta Sehat itu karena blusukan yang saya lakukan menemukan banyak masyarakat yang sakit dan meninggal di rumah, karena tidak mampu membayar biaya berobat atau rumah sakit, sedangkan Kartu Jakarta Pintar itu karena BOS itu tidak menjangkau kebutuhan seragam, tas, sepatu, dan sebagainya," ucapnya.
Dia juga mengklaim blusukan bermanfaat dalam mengajak masyarakat untuk mau bermusyawarah dan bergotong royong.
"Saya bisa memindahkan masyarakat tanpa penggusuran juga melalui dialog atau musyawarah, lalu perbaikan pemukiman masyarakat pinggiran juga dengan gotong royong. Musyawarah dan gotong royong itu budaya kita," tegas dia.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014