• Beranda
  • Berita
  • Arkeolog indentifikasi jejak peninggalan kolonial di Masohi

Arkeolog indentifikasi jejak peninggalan kolonial di Masohi

31 Maret 2014 16:08 WIB
Ambon (ANTARA News) - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Ambon akan mengidentifikasi jejak-jejak peninggalan kolonial Belanda di Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.

"Kami belum pernah meneliti jejak-jejak sejarah peninggalan kolonial di daerah Masohi dan sekitarnya, hasilnya nanti akan dijadikan sebagai referensi informasi kepada masyarakat," kata Arkeolog Andrew Huwae di Ambon, Senin.

Andrew yang juga koordinator tim peneliti mengatakan, penelitian yang dijadwalkan berlangsung selama dua minggu itu akan direncanakan dilakukan pada pertengahan April 2014.

"Penelitiannya hanya dua minggu, rencananya setelah Pemilu legislatif (Pileg) yang berlangsung pada 9 April nanti," katanya.

Ia mengatakan hampir seluruh wilayah Maluku menyimpan situs bangunan peninggalan sejarah kolonial, seperti benteng, gereja, dan bekas pemukiman warga Belanda.

Beberapa dari bangunan peninggalan tersebut masih berdiri kokoh, dan digunakan oleh masyarakat setempat sebagai lokasi wisata maupun tempat peribadatan, beberapa lainnya telah rusak parah akibat termakan usia, bencana alam dan konflik horisontal yang terjadi di Maluku pada 1999.

Andrew mencontohkan, Gereja Immanuel di Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah yang dibangun sekitar tahun 1780 - 1781, di bawah pemerintahan Eillem Beth Iacobs, kepala comtoire Hila pada masa pemerintahan Gubernur Belanda Bernardus van Pleuren, pernah terbakar hingga tinggal puing akibat konflik tahun 1999.

Bangunan peribadatan umat Kristiani tersebut akhirnya dibangun kembali oleh Pemerintah Provinsi Maluku pada 2009 dan difungsikan sebagai situs wisata sejarah kolonial.

"Kurangnya bukti otentik, data dan referensi mengenai situs peninggalan kolonial membuat kami seringkali mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi jejak-jejak sejarah kolonial, makanya kami melakukan penelitian ini untuk bisa menerbitkan lebih banyak referensi tentang itu di Maluku," ujarnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014