"Sekarang kami fokus ke pembangunan pelabuhan dulu dan desain masternya selesai bulan ini. Grounbreaking pelabuhan sekitar bulan Agustus," kata Zulnahar di Tanjung Pinang usai mengikuti tinjauan ke lahan pembangunan industri aluminium di Bintan, Rabu.
Menurut dia, target awal "groundbreaking" pelabuhan itu adalah pada Mei 2014 dan langsung melaksanakan konstruksi.
"Tetapi kami undur karena masih ada yang kurang, masih harus sempurnakan persyaratan amdal dan melengkapi semua kriteria lahan. Kami juga masih proses izin pendirian pelabuhan ke Kementerian Perhubungan," jelasnya.
Setelah pelabuhan khusus dengan kapasitas 20 juta ton per tahun itu selesai dibangun, kata dia, pembangunan kawasan industri aluminium di Bintan itu dilanjutkan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap dengan total kapasitas 2700 Megawatt.
"Kemudian pembangunan dilanjutkan dengan pembuatan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit untuk memproduksi alumina," ungkapnya.
Selain itu, akan dibangun fasilitas pendukung, seperti zona perumahan dengan peruntukan 20 ribu orang.
Zulnahar pun mengatakan lahan yang telah siap dipakai untuk keperluan pembangunan industri alumina itu sudah mencapai 60 hingga 70 persen dari keseluruhan lahan yang dibutuhkan, yakni seluas 4.305 hektar.
Senada dengan Zulnahar, Bupati Bintan H. Ansar Ahmad menyatakan bahwa luas lahan yang sudah bisa mulai dipakai adalah 3000 hektar.
"Kawasan yang belum dilepas dan masih dalam proses pinjam pakai lahan itu seluas 2000 hektar. Sekarang 1000 hektar sudah `clean` (dilepaskan). Minimal 3000 hektar sudah bisa untuk bangun pelabuhan dan akan banyak juga untuk fasilitas lain," kata Ansar.
"Sekarang masih sedang diurus izinnya ke Kementerian Perhutanan," lanjutnya.(*)
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014