• Beranda
  • Berita
  • Pribadi ekstrovert lebih bahagia, terlepas dari kebudayaan

Pribadi ekstrovert lebih bahagia, terlepas dari kebudayaan

21 April 2014 20:23 WIB

orang yang memiliki kepribadian ekstrovert di dalam kesehariaannya, lebih bahagia ketimbang kepribadian introvert. Ini terlepas dari kebudayaan di lingkungannya.

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa kunci kebahagiaan terletak pada kepribadian seseorang, terlepas dari kebudayaan yang berlaku di suatu wilayah.

Para peneliti menyimpulkan bahwa orang yang memiliki kepribadian ekstrovert di dalam kesehariaannya, lebih bahagia ketimbang kepribadian introvert. Ini terlepas dari kebudayaan di lingkungannya, demikian dilansir laman Medical Daily.

Studi ini mencoba memperhatikan suasana hati (mood) dan kepribadian (personality) orang muda dari beberapa negara. Penelitian ini merupakan pertama kali dengan cakupan skala internasional.

Walaupun telah ada penelitian sejenis yang menunjukkan hasil yang sama, namun studi yang lampau hanya dilakukan di negara Barat di mana nilai kebebasan dan individualisme ditaruh ditempat yang utama

Studi terbaru dilakukan terhadap mahasiswa yang tinggal di Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Filipina, dan Venezuela dan telah dipublikasikan secara online di Journal of Research in Personality.

Tujuan utama penelitian adalah untuk mencari hubungan antara kepribadian ekstrovert dan kebahagiaan pada komunitas yang lebih luas, didasarkan atas kebudayaan di Asia dan Amerika Selatan.

Penelitian terbaru, peneliti mendapatkan hasil yang sama tetapi tidak terikat lokasi geografis.

"Kami memang bukan yang pertama menunjukkan bahwa menjadi pribadi yang ekstrovert dalam kehidupan sehari-hari, dapat mengarahkan kepada perasaan positif. Namun, penelitian ini mungkin yang pertama kali memperluas kesimpulan di kebudayaan yang berbeda-beda," kata penulis penelitian ini, Timothy Church.

Hasil studi menunjukkan, bahwa berbagai kebudayaan memiliki kesamaan secara umum terhadap perlakuan pribadi dan mudah bergaul mungkin merupakan sebuah cara untuk meningkatkan kebahagiaan terhadap mereka secara umum.

"Para psikolog lintas kebudayaan senang untuk membicarakan tentang kesatuan psikis. Meskipun kebudayaan berbeda, cara kepribadian diorganisasikan, terlihat dapat diperbandingkan di seluruh grup kebudayaan," jelas Church.

Ekstrovert selalu digambarkan sebagai makhluk yang suka berbicara keras dan lugas, dan menjadi pusat perhatian. Mereka suka untuk mengambil resiko, dan memiliki kemampuan melakukan manipulasi dan menghargai orang lain, secara keseluruhan memiliki kesempatan untuk memperoleh keinginan mereka melalui kepribadian mendominasi.

Bukti studi ini juga menujukkan bahwa 40-50 persen variasi di kepribadian memiliki dasar genetik. Hal ini terkait dengan studi sebelumnya yang dilakukan Universitas Edinburgh di Skotlandia.

Peneliti melakukan studi terhadap lebih dari 800 pasangan kembar identik dan non-identik. Hal ini dilakukan untuk memahami apa yang lebih mempengaruhi terhadap kepribadian, apakah faktor genetik atau pendidikan.

Hasil studi menunjukkan bahwa kembar indentik dua kali memiliki kesamaan dengan pasangan kembar non-identik untuk memiliki kesamaan kepribadian.

Ini dapat mendukung ide bahwa DNA mempengaruhi kepribadian dibandingkan dengan keyakinan sains sebelumnya.

Penerjemah:
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014