Kepala Ombudsman Sumbar Yunafri di Padang, Selasa, mengatakan peredaran dugaan kunci jawaban itu ditemukan oleh asistennya saat berada di SMP Negeri 16 Padang sesaat usai pelaksanaan ujian.
"Asisten saya mendapat (kunci jawaban) dari siswa yang sedang berkumpul setelah keluar ujian," katanya.
Dugaan kunci jawaban soal UN matematika tersebut beredar dalam bentuk lembaran kertas yang berisi petunjuk pada soal nomor 1 sebagai pembeda tanda nomor paket ujian. contoh Kunci yang beredar terulis A: 2,5,7, 18, 22, 24, 26, 33, 38, 39, B: 6, 9, 12, 19, 21, 31, 36, 37, C: 1, 3, 4, 8, 11, 20, 25, 27, 28, 35, 40 dan D: 13, 16, 17, 29, 32. Dugaan kunci jawaban UN itu tertulis dalam 20 bentuk varian yang berbeda.
"Ketika asisten saya menanyakan kepada siswa diperoleh dari mana, mereka (siswa) tidak mau menjawabnya," ujar Yunafri.
Pada hari pertama UN, Ombudsman Sumbar juga menerima laporan peredaran dugaan kunci UN Bahasa Indonesia dari salah satu orang tua murid di MTs N Durian Taruang.
"Dari pengakuan anaknya, itu (kunci jawaban) diperoleh di sekolahnya. Oleh orang tuanya dibawa ke sini dan dilaporkan kepada kami," jelasnya.
Atas laporan tersebut, lanjut dia, Ombudsman Sumatera Barat akan berpijak kepada prosuderal dari Badan Standar Nasional Pendidikan untuk mengetahui kebenaran kunci jawaban UN yang beredar itu. Dalam hal ini harus ada koordinasi antara perguruan tinggi pembuat soal dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) serta pengawas.
"Akan dicocokkan keberannya. Jika kunci dan soal benar-benar cocok berarti ini valid dan ada pihak yang membocorkannya. Jika tidak bisa jadi dimanfaatkan untuk mencari keuntungang dengan menjual soal UN atau malah mengacaukan UN," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Indang Dewata mengatakan peredaran kunci jawaban UN merupakan hal mustahil.
"Distribusi soal dari Jakarta sangat ketat dan langsung masuk ke Polsek. Mustahil bisa bocor," katanya.
Ia menilai, kunci jawaban yang beredar di sekolah adalah palsu apalagi soal yang diperoleh setiap peserta berbeda dalam satu ruangan.
"Itu palsu. Jadi siswa jangan langsung percaya," katanya.
(KR-IWY/N002)
Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014