Denpasar (ANTARA News) - Masyarakat Pulau Serangan, Denpasar, memanfaatkan sampah laut, terutama kulit kerang untuk berbagai jenis kerajinan tangan bernilai jual tinggi.Cangkang kerang dari berbagai jenis dan ukuran itu mereka sulap menjadi aksesoris perempuan, penutup lampu, bingkai foto, gantungan kunci, perkakas rumah tangga...
"Dari tangan-tangan merekalah kami bisa mengekspor berbagai jenis kerajinan dari kulit kerang," kata Koordinator Rumah Kerang King Saguna Jaya I Made Kanan Jaya, saat ditemui di sela-sela kesibukannya di Pulau Serangan, Kamis.
Cangkang kerang dari berbagai jenis dan ukuran itu mereka sulap menjadi aksesoris perempuan, penutup lampu, bingkai foto, gantungan kunci, perkakas rumah tangga, dan lain sebagainya.
"Di rumah kami ini ada 18 perajin yang mampu menghasilkan berbagai jenis kerajinan berkualitas," ujarnya saat menerima kunjungan tim Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu.
Hasil kerajinan tangan masyarakat Pulau Serangan itu diekspor ke Yunani dan Maladewa, selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, terutama wisatawan di Bali.
Dalam sebulan, Rumah Kerang King Saguna Jaya yang produknya diberi label "Ayu & Bagus Collection" itu mampu menghasilkan Rp15 juta. "Dulu sebelum tragedi Bom Bali, kami bisa menghasilkan Rp500 juta per bulan," ungkap Kanan Jaya mengisahkan masa-masa keemasan para perajin dari Pulau Serangan.
Para perajin yang tergabung dalam Rumah Kerang King Saguna Jaya itu kini hanya mengerjakan pesanan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
"Kehadiran para perajin ini secara tidak langsung mampu menjadikan pantai-pantai di Pulau Serangan terlihat bersih," tuturnya.
Apalagi para perajin tidak menyia-nyiakan limbah yang dihasilkan dari cangkang kerang. "Serbuk sisa pemotongan (penggergajian) cangkang kerang masih bisa kami manfaatkan lagi untuk kerajinan lain, seperti mutiara imitasi dan bahan kosmetik," ujar Kanan Jaya.
Pulau Serangan salah satu penghasil kerang terbesar di Bali. Daging kerang sangat digemari oleh wisatawan yang berlibur di pulau yang terkenal dengan Pura Sakenan dan Masjid Assyuhada sebagai masjid tertua di Bali.
Kerang yang diekspor biasanya hanya daging tanpa cangkang. "Daripada berceceran di jalan atau di pantai, lebih baik kami kumpulkan untuk menjadi barang bernilai seni," ucapnya.
Kepala Sub-Direktorat Pengembangan Industri Ditjen Pengembangan Produk Non-Konsumsi KKP, Dwi Yulianto mengatakan bahwa sebelumnya masyarakat tidak menyadari bahwa serbuk gergaji kerang dapat dimanfaatkan.
"Mereka bisa memanfaatkan serbuk itu setelah kami bantu alat pemotong kulit kerang. Dengan demikian, maka mereka sama sekali tidak menghasilkan limbah karena limbahnya bisa diolah lagi menjadi barang kerajinan," ujarnya.
(M038
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014