Sukabumi (ANTARA News) - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau P2TP2A Kota Sukabumi, Jawa Barat melakukan sosialisasi kepada anak-anak usia dini dan prasekolah untuk mencegah kejahatan seksual.Sosialisasi ini bertujuan agar si anak paham tentang kejahatan seksual kepada anak dan bagaimana antisipasinya, sosialisasi yang kami berikan ini bahasa disesuaikan dengan usia si anak agar mereka dengan mudah menyerap informasi yang kami berikan,"
"Sosialisasi ini bertujuan agar si anak paham tentang kejahatan seksual kepada anak dan bagaimana antisipasinya, sosialisasi yang kami berikan ini bahasa disesuaikan dengan usia si anak agar mereka dengan mudah menyerap informasi yang kami berikan," kata Seketaris P2TP2A Kota Sukabumi, Joko Kristianto kepada Antara, Kamis.
Menurut Joko, sosialisasi ini tujuan utamanya adalah agar si anak paham bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dipegang oleh orang dewasa selain ibunya. Selain itu, memberikan pengetahuan bagaimana cara melawan jika ada orang dewasa yang ingin melecehkan si anak tersebut seperti lari, berteriak dan menangis.
Lebih lanjut, sosialisasi ini juga tidak hanya diberikan kepada si anak saja, tetapi kepada para orang tua agar anak-anaknya tidak menjadi korban kejahatan seksual seperti apa yang telah dilakukan oleh AS alias Emon kepada ratusan anak di Kota Sukabumi yang kasusnya baru terungkap beberapa pekan ini. Orang tua juga wajib tahu ciri-ciri anak yang menjadi korban kekerasan seksual dan harus berani melapor kepada pihak yang berwajib.
"Kami juga memberikan pengetahuan tentang ciri-ciri orang yang mengidap penyakit kelainan seksual akut seperti pedofilia yakni introfek, sering menyendiri, IQnya di bawah rata-rata orang normal, kemayu atau berlagak seperti keibuan dan lebih senang bermain dengan anak-anak dibandingkan rekan seusianya," tambahnya.
Di sisi lain, Joko mengatakan pihaknya juga saat ini tengah melakukan pendampingan kepada anak-anak yang telah menjadi korban kekerasan seksual Emon, pedampingan tersebut untuk memberikan terapi yang tepat agar si anak bisa melupakan apa yang telah dialaminya tersebut. Selain itu, pihakanya juga memberikan terapi kepada para orang tua korban agar bisa memberikan pola asuh yang tepat untuk mempercepat menghilangkan rasa trauma si anak.
"Untuk terapi ini memang membutuhkan waktu yang lama, maka penyembuhan harus dilakukan secara berkelanjutan sampai si anak benar-benar hilang rasa traumanya," kata Joko.(*)
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014