New Delhi (ANTARA News) - Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) akan mengkaji wacana perubahan sistem penghitungan skor yang akan dibahas dalam pertemuan Federerasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pekan ini.Di antaranya soal lamanya pertandingan, usulan dari pihak penyiaran televisi dan pertimbangan lainnya."
"Kaji akan kaji usulan itu dengan menanyakan kepada para pembina dan juga para pemain," kata Kasubid Hubungan Luar Negeri PB PBSI Bambang Rudianto di New Delhi, India, Rabu.
Bambang mengatakan pertemuan anggota BWF yang dijadwalkan hari Jumat atau Sabtu pekan ini di New Delhi tersebut lebih bersifat ajang diskusi perihal perubahan sistem penghitungan tersebut.
Setidaknya ada tiga versi usulan perubahan untuk sistem skoring tersebut.
Pertama terbaik dua dari tiga game dengan skor kemenangan 21 seperti yang berlaku saat ini, tapi game ketiga hanya sampai angka 11.
Kedua "best of two" sampai angka 15.
Ketiga berupa best of three dari kemungkinan lima game, masing-masing game sampai angka 9.
Bambang mengatakan bahwa wacana tersebut sudah pernah digulirkan beberapa waktu lalu, dengan berbagai pertimbangan.
"Di antaranya soal lamanya pertandingan, usulan dari pihak penyiaran televisi dan pertimbangan lainnya," katanya.
Negara-negara Eropa umumnya lebih memilih opsi yang ketiga.
"Tapi ini baru tingkat diskusi, kalau pun nantinya ada suatu keputusan perubahan, tentunya akan melalui proses uji coba dulu," kata Bambang Rudianto.
Sementara itu mengenai wacana akan dipangkasnya jumlah partai dalam kejuaraan beregu Piala Thomas dan Piala Uber, Bambang mengatakan bahwa hal tersebut juga masih usulan.
"Usulan itu terutama dari negara-negara Eropa yang umumnya tidak punya stok pemain kuat jika harus menampilkan tiga tunggal dan dua ganda di Piala Thomas dan Uber ini," katanya.
Oleh sebab itu, dengan jumlah partai yang ada sekarang umumnya negara-negara yang punya banyak pemain peringkat atas yang menguasai gelar juara.
Selain itu pertimbangan lainnya adalah dengan lima partai yang digelar maka pertandingan berlangsung terlalu lama. (*)
Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014