"Kita prihatin banyak bantaran sungai di Lebak sudah tidak terlihat lagi tanaman bambu sehingga kerapkali terjadi longsor dan banjir," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak Kosim Ansori di Lebak, Minggu.
Ia mengatakan, gerakan tanam bambu tersebut, selain melaksanakan rehabilitasi penghijauan juga mencegah longsor dan banjir.
Disamping itu juga mendorong peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat pedesaan.
Pemerintah daerah memberikan bambu sebanyak 10.000 pohon dengan gratis kepada masyarakat yang tinggal sekitar bantaran sungai.
Pihaknya meminta masyarakat agar melaksanakan gerakan tanam bambu karena wilayah Kabupaten Lebak terdapat puluhan sungai utama dan ratusan anak sungai.
"Kami mengagendakan pertama sebanyak 10.000 bambu untuk ditanam di bantaran Sungai Ciujung, Ciberang dan Cisimeut," katanya.
Menurut dia, sebagian besar bambu yang ditanam tersebut adalah jenis betung karena memiliki kualitas dan bisa berkembang hingga ratusan tahun.
Saat ini, populasi bambu betung di Kabupaten Lebak semakin langka, padahal memiliki nilai jual cukup tinggi di pasaran.
Keunggulan bambu betung itu antara lain, memiliki kekuatan cukup lama juga cukup besar dibandingkan bambu lainnya.
"Saya yakin bambu betung, selain bisa mencegah longsor dan banjir juga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat," ujarnya.
Ia menyebutkan, pelaksanaan tanaman bambu itu dibantaran sungai di Kecamatan Rangkasbitung, Sajira, Cimarga, Leuwidamar, Kalanganyar, Cirinten, Bojonmanik dan Muncang.
Sebab di wilayah itu terdapat bantaran sungai dan mereka yang tinggal di daerah aliran sungai mencapai ribuan kepala keluarga.
"Kami berharap gerakan tanam bambu ini dapat mengantisipasi bencana alam dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa mereka menyambut positif gerakan tanam bambu di sepanjang bantaran sungai guna mengantisipasi bencana alam.
"Kami sangat terbantu dengan adanya bantuan tanam bambu dan menanamnya di sekitar Sungai Ciujung," kata Maman, warga Rangkasbitung. (MSR/M019)
Pewarta: Mansyur
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014