"Suhu udara 3--5 derajat celsius sudah berkurang di Samboja (Kalimantan Timur) setelah pohon aren tumbuh subur bersama tanaman tumpang sarinya," kata Willie di Jakarta, Selasa.
Dalam delapan tahun, ia mengatakan lahan kritis di Samboja berhasil kembali hijau berkat tumpang sari pohon-pohon aren. Sambil menunggu enam tahun pohon aren berproduksi, maka produksi diperoleh dari tanaman sela seperti singkong, pisang, nanas, mangga, vanila, jahe.
Berbeda dengan tanaman sawit, menurut ahli kehutanan kelahiran Belanda yang telah menjadi Warga Negara Indonesia ini, pohon aren justru menyimpan air. Karenanya mampu bertahan dan tetap menghasilkan di saat kering.
"Pohon ini pun mampu hidup ditebing terjal dan dataran dengan ketinggian di atas 2000 meter, dan mampu menahan longsor," ujar dia.
Pohon aren, lanjutnya, merupakan raja fotosintesis. Tanaman ini bekerja layaknya sel surya atau sel photovoltaic, mampu menyerap cahaya matahari dan menyimpannya dalam bentuk baterai kimia berbentuk gula.
"Kita bisa menyulapnya menjadi minyak dan lemak yang lebih sehat dari sawit dan bisa dijadikan bahan pengganti premium kapan saja".
Gula mampu bertahan lama bahkan hingga ribuan tahun tanpa harus berubah bentuk. Sehingga kapan pun gula diubah menjadi etanol dapat dilakukan kapan saja.
Tidak memerlukan tambahan dana untuk menumbuhkan pohon aren, karena tanaman ini tidak memerlukan pupuk. Aren hanya membutuhkan air, matahari, dan karbondioksida (CO2) untuk kemudian menghasilkan air dan gula.
Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014