"Saya sangat sedih dan perihatin melihat kehidupan Aldo dan keluarganya yang terlihat susah dan hidup pas pasan hingga tidak bisa membiayai perobatan anaknya karena itu sudah saatnya pemerintah setempat memberikan bantuan," kata salah satu warga, Taluk Hendranto (34), di Taluk, Senin.
Ia mengatakan, Aldo sudah saatnya dibantu semua pihak, apalagi untuk pengobatannya memerlukan biaya besar. Sebagai daerah yang maju, mereka berharap bupati daerah ini mempedulikan nasib Aldo dan mencari jalan keluar untuknya.
Aldo terlahir dari keluarga miskin dan harus menahan sakit sampai enam tahun. "Saya melihat setiap hari Aldo kesakitan, terkadang menetes air mata melihat nasibnya," kata Hendri.
Kedua orang tua bocah malang ini, Sahrir dan Minesti, hanya mengandalkan hidup dari kerja serabutan dengan penghasilan tidak seberapa.
Mereka memang memiliki kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), namun mereka tetap saja kesulitan mendapatkan pengobatan yang layak, khususnya bila dihadapkan pada mahalnya biaya, kata Hendri lagi.
"Balita berusia enam tahun ini hidup dengan saluran usus yang menggantung di luar tubuhnya beberapa centimeter," katanya.
Meski dengan biaya seadanya, kedua orang tuanya nekad membawa Aldo ke rumah sakit di Pekanbaru beberapa tahun lalu untuk dioperasi.
Proses operasi memang berjalan. Namun pasca operasi, Aldo tidak mendapat perawatan yang layak karena biayanya puluhan juta rupiah.
Minesti, saat ditemui di kediamannya pada Sabtu (7/6/14) mengatakan, anaknya kerap kali sakit pada bagian usus saat mau buang air besar dan sangat berharap uluran tangan semua pihak.
Aldo dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kontrakan di sebuah kawasan tidak terlalu nyaman di sebuah lorong sempit yang d.i kiri kanan jalan menuju rumah itu ditumbuhi semak belukar.
Pewarta: Asripilyadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014