Kendari (ANTARA News) - Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R Suhkyar mengatakan, pemerintah tengah mengkaji kebijakan pengembangan aspal Buton, baik untuk kebutuhan pembangunan jalan dan konversi aspal menjadi bahan bakar minyak (BBM).Diskusi atau perbincangan mengenai aspal Buton ini sekarang ramai. Kita memiliki potensi aspal yang cukup besar, tetapi kita masih mengipor aspal. Sekarang kita lagi mengkaji bagaimana kebijakan mengembangkan aspal Buton.
"Diskusi atau perbincangan mengenai aspal Buton ini sekarang ramai. Kita memiliki potensi aspal yang cukup besar, tetapi kita masih mengipor aspal. Sekarang kita lagi mengkaji bagaimana kebijakan mengembangkan aspal Buton. Termasuk mengkaji konversi aspal ke minyak," kata R Suhkyar dalam rapat koordinasi dan supervisi atas pengelolaan pertambangan mineral dan batubara antara Komisi Pemberantasan Korupsi, kementerian terkait dan Pemprov dan Pemda se-Sultra di Kendari, Kamis.
Aspal Buton memiliki potensi yang sangat besar dan berada di Kabupaten Buton dan Buton Utara. Di kabupaten Buton, misalnya, aspal menghampar di kawasan seluas 43.000 hektare, berada di kedalaman sekitar 1.000 meter.
Bahkan, menurut Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun, hasil penelitian yang pernah oleh para pakar menunjukan, aspal Buton bisa habis dalam 300 tahun jika diproduksi 1 juta ton per tahun.
Indonesia, sejauh ini masih mengimpor aspal dalam jumlah yang cukup besar, untuk kebutuhan pembangunan jalan. Jika aspal Buton hendak dikembangkan untuk jalan, diperlukan teknologi pengolahan yang baik agar hasilnya lebih berkualitas.
Selain untuk jalan Aspal Buton juga dapat dikoversi menjadi bahan bakar minyak, apalagi cadangan minyak Indonesia dan dunia mulai menurun. Aspal Buton berdasarkan hasil penelitian mengandung minyak.
Menurut Bupati Samsu, aspal Buton terbentuk dari lapisan minyak di perut Bumi yang terperangkap di dalam lapisan Bumi. Kandungan minyak itu lama kelamaan naik dan bercampur tanah dan bebatuan di lapisan atas.
"Jadi minyak itu kan biasanya ada di lapisan dalam, di atasnya ada batu-batuan dan tanah. Lalu minyak yang terperangkap itu naik ke batu-batuan dan tanah itu. Buton ini kan daerah patahan, jadi itulah istimewanya aspal Buton, mengandung minyak," jelasnya.
Aspal jenis ini, menurut Samsu, hanya ada di kawasan Lawale di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
"Di sana tidak perlu menggali, menumpuk di pertambangan. Jika digali hingga kedalaman 1.000 meter ke bawah itu sudah ditemukan aspalnya. Padahal kalau tambang aspal atau minyak biasa baru bisa ditemukan setelah kedalaman 3.800 meter," katanya.
(A056/B012)
Pewarta: Azis Senong
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014