Presiden Petro Poroshenko dukungan Barat mengemukakan kepada seluruh negara itu dalam pidato nasional Senin malam bahwa rencana perdamaiannya bagi krisis terburuk Ukraina sejak kemerdekaan digunakan oleh milisi-milisi untuk menghimpun kembali kekuatan dan menambah senjata-senjata berat dari Rusia.
"Setelah meninjau situasi saya memutuskan, sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata, untuk tidak memperpanjang gencatan senjata sepihak," kata Poroshenko dari kantornya.
"Para pemimpin separatis telah menunjukkan ketidaksediaan mereka dan ketidakmampuan untuk mengendalikan aksi-aksi unit-unit teroris dan geng-geng perusuh yang berada dibawah pengawasan mereka."
Juru bicara kementerian pertahanan Ukraina Oleksiy Dmytrashkivsky mengatakan satu "serangan artileri besar-besaran dan serangan udara" telah dilakukana ke daerah timur-- tempat tinggal tujuh juta orang yang sebagian besar berbahasa Rusia.
Rusia segera menyatakan "sangat menyesalkan" atas keputusan Poroshenko itu sementara menteri luar negeri Prancis berjanji Barat terus berusaha tanpa henti untuk mewujudkan perdamaian yang kekal di Ukraina.
Tetapi para petempur separatis dan para pemimpin pro-Kiev melaporkan terjadi baku tembak artleri dan serangan-serangan udara du daerah--daerah perbatasan Lugansk dan Donetsk yang merupakan daerah penting bagi ekonomi Rusia.
Pemerintah daerah Donetsk -- yang bersama Lugansk menyatakan bergabung dengan Moskow-- mengatakan empat warga sipil tewas dan lima lainnya cedera ketika bus mereka kena tembak dekat kota Kramatorsk.
Baik pemberontak maupun Kiev mengonfirmasikan pertempuran tank seru terjadi di dekat kota Karlivka daerah Donetsk dan baku tembak seru berkobar di desa terdekat Marlinka.
Pemerintah Donersk mengatakan jalan-jalan daerah itu menjadi sangat berbahaya untuk dilalui dan beberapa rute bus ditangguhkan.
Pertempuran yang tidak dapat diramalkan sebelumnya juga menewaskan seorang juru foto Italia dan beberapa wartawan dari Ukraina dan Rusia.
Stasiun televisi Hromadsk dukungan Barat di Kiev Selasa melaporkan penculikan para wartawannya dan seorang juru kamera di daerah Lugansk.
Keputusan Poroshenko diumumkan beberapa jam setelah para pemimpin Prancis dan Jerman bergabung dengan dia dalam satu "conference call dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ketiga dalam pembicaraan seperti dalam lima hari.
Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam satu kesepakatan yang jarang terjadi dengan Putin bahwa Poroshenko harus memperpanjang gencatan senjata untuk memungkinkan peluang bagi perundingan antara para komandan separatis dan Kiev.
Tetapi kotan-kontak itu sebagian besar gagal menghentikan perang 11 minggu yang telah menewaskan lebih dari 450 orang dan menutup belasan tambang batu bara dan pabrik baja yang operasinya adalah penting bagi ekonomi Ukraina.
Poroshenko mengemukakan kepada tiga pemimpin itu bahwa pemberontak telah menyerang posisi-posisi Ukraina lebih dari 100 kali selama gencatan senjata itu.
Kelompok separatis menuduh pasukan pemerintaah terus menembaki belasan kota besar dan kecil yang berada dalam kekuasaan mereka dalam gencatan senjata itu.
"Imbauan kepada milisi untuk meletakkan senjata mereka dapat dibicarakan hanya setelah penarikan pasukan Ukraina," kata perdana menteri Lugansk, yang mereka umumkan sendiri.
Poroshenko mendapat tekanan kuat dari kelompok nasionalis Ukraina untuk melancarkan kembali serangan dan memenuhi jajinya dalam pemilu 25 Mei untuk menyatukan kembali Ukraina, demikian AFP.
(H-RN)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014