"Itu bagus karena ramah lingkungan dan bisa untuk angkutan pedesaan dengan empat fungsi sekaligus untuk mobil toko, angkutan orang, barang, dan mobil produksi hasil pertanian," katanya saat meninjau dan melakukan uji coba mobil multiguna pedesaan itu di Laboratorium Teknik Mesin ITS Surabaya, Selasa sore.
Oleh karena itu, Menristek berjanji akan menyampaikan pesan ke Menristek yang akan menggantikannya agar melanjutkan pengembangan mobil multiguna pedesaan itu sampai produksi massal pada tahun 2015.
Dalam kesempatan itu, Menristek juga berjanji akan mengusulkan uji coba untuk mobil riset seperti mobil multiguna pedesaan buatan konsorsium yang dimotori ITS itu tidak perlu izin kementerian perhubungan atau perindustrian, namun cukup dari Kemristek.
Namun, bila sudah skala industri, maka izinnya harus sesuai prosedur.
"Khusus mobil multiguna pedesaan itu, saya kira perlu dipikirkan uji coba untuk segala kondisi jalan, apakah di kampung atau di gunung-gunung," katanya.
Tentang kemungkinan produksi secara massal, ia mengatakan mobil multiguna pedesaan buatan ITS itu masih skala 7, padahal sebuah hasil riset menjadi produksi massal itu membutuhkan hingga skala 9.
"Untuk sampai skala 9, saya kira akan tercapai pada tahun 2015," katanya.
Secara terpisah, Kepala Laboratorium Mekanika Benda Padat ITS Agus Sigit Pramono menegaskan bahwa 80 persen bahan baku Mobil Multiguna Pedesaan yang diberi nama "Sinjai" (Mesin Jawa Timur Indonesia) itu bersumber pada bahan baku dalam negeri, kecuali sistem kemudi, peredam kejut, rem, dan bahan-bahan yang memang belum diproduksi di dalam negeri.
"Awalnya, kami menerima tawaran dari Gubernur Jatim, lalu kami bersinergi dengan PT Inka Madiun dalam konsorsium terkait program Kemenristek itu. Kami melakukan penelitian sejak tahun 2012 dan tahun 2013 sudah menghasilkan mobil yang masih dalam bentuk prototipe," katanya.
Rencananya, tahun 2014 akan diupayakan sudah ada dalam bentuk prototipe industri dan tahun 2015 sudah bisa diproduksi secara massal.
"Bahan bakarnya juga masih bersifat hybrid untuk memakai bensin atau bio-fuel, tapi tahun 2015 mungkin sudah bisa murni bio-fuel," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Inka Madiun, Suryanto, mengatakan pihaknya sebenarnya sudah memproduksi mobil toko pedesaan pada tahun 2011 dan bahkan sudah dimanfaatkan untuk seluruh kabupaten/kota di Makassar, karena dipesan oleh Gubernur Sulsel.
"Tapi, mobil yang dirancang di PT Inka masih satu fungsi yakni mobil ruko, kemudian bahan bakarnya juga masih bensin, karena itu kami bergabung dalam konsorsium bersama ITS untuk mendorong inovasi nasional melalui program GEA atau Gulirkan Energi Alternatif, karena BBM akan habis pada 2038," katanya.
Sebagai salah satu realisasi program pemerintah terkait pencapaian Visi 2015 berupa "Pengembangan Mobil Umum Murah Ramah Lingkungan" melalui Keppres Nomor 10 Tahun 2011, konsorsium Mobil Multiguna Pedesaan itu melibatkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, PT INKA, PT Railindo, PT. Tugas Anda, dan industri pendukung lainnya.
Terkait program kendaraan yang ramah lingkungan, Laboratorium Otomotif dan Laboratorium Pembakaran Jurusan Teknik Mesin ITS juga mendapat kepercayaaan dari Kemenristek untuk mengembangkan "Mesin Bio dan Bi-Fuel" yakni mesin yang berbahan bakar alternatif Bio-Fuel dan bahan bakar gas yang ramah lingkungan.
"Mesin ini dirancang memiliki volume 650cc dengan tenaga mencapai 22 KW, dan konsumsi bahan bakar 22 sampai 26 km/liter. Untuk program rancangan mesin ramah lingkungan itu, konsorsium didukung PT. ICCI, PT. TJOKRO, PT. MERAK, dan industri pendukung lainya. Mesinnya kami beri nama Sinjai atau Mesin Jawa Timur Indonesia," katanya.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014