Jakarta (ANTARA News) - Gaun merah mungkin lebih dari sekedar pilihan fesyen, karena hasil penelitian baru menunjukkan bahwa ketika perempuan melihat perempuan lain bergaun merah, mereka menjadi lebih protektif pada kekasih mereka.Hasil studi kami hanya kecenderungan rata-rata
"Memang sedikit terdengar seperti plot komedi romantis yang buruk, tapi warna benar-benar bisa mempengaruhi emosi dan perilaku orang," kata peneliti studi Adam Pazda, mahasiswa psikologi di University of Rochester.
"Ada keengganan sangat besar untuk memperkenalkan atau membiarkan pacar menghabiskan waktu sendiri (dengan perempuan bergaun merah)," kata Pazda kepada laman Live Science.
"Pada dasarnya, kau melihat niat perilaku defensif, seperti, 'Saya tidak ingin pacar saya dekat-dekat dengan perempuan ini'," katanya.
Dalam sejumlah studi para psikolog juga menemukan bahwa apapun niat perempuan ketika mengenakan busana merah, para pria merespons.
"Pria melihat perempuan bergaun merah lebih menarik, mereka ingin menghabiskan lebih banyak uang saat kencan dengan perempuan berbusana merah, pelayan perempuan yang mengenakan seragam merah dapat lebih banyak tips," kata Pazda.
Studi tahun 2010 dalam Journal of Experimental Psychology juga mengungkap bahwa perempuan melihat lelaki yang mengenakan baju merah lebih menarik dibandingkan mereka yang mengenakan warna lain.
Efek Merah
Dalam budaya Barat, merah berkaitan erat dengan romantisme dan seks, terlihat pada warna lambang hati Hari Valentine, lipstik merah, dan bahkan distrik merah.
Pazda dan koleganya tertarik mengetahui bagaimana perempuan merespons perempuan bergaun merah karena riset-riset sebelumnya fokus pada pria.
Para peneliti kemudian merancang tiga eksperimen sederhana.
Pertama 196 perempuan yang direkrut secara daring diperlihatkan gambar, dua-duanya perempuan muda yang cukup menarik mengenakan gaun. Satu gambar perempuan yang dilihat oleh separuh peserta penelitian mengenakan gaun putih, dan yang lain bergaun merah.
Kemudian peneliti menanyakan seberapa menarik gambar perempuan itu secara seksual dalam skala 1-100 (paling menarik).
Mereka menemukan bahwa para peserta memberikan nilai 49,26 untuk gambar perempuan bergaun merah versus 41,06 pada perempuan bergaun putih.
Studi kedua dilakukan menggunakan foto yang sama, tapi kali ini separuh peserta perempuan diminta membayangkan mereka bersaing untuk mendapatkan seorang pria dengan perempuan dalam foto itu.
Total ada 327 perempuan yang berpartisipasi dalam studi itu dan gambar perempuan bergaun merah kembali dianggap lebih menarik dengan skor 46,02 dibandingkan perempuan bergaun putih dengan skor 38,23.
Dan para perempuan cenderung menganggap perempuan bergaun merah lebih mungkin berselingkuh dengan pacar mereka dibandingkan dengan perempuan bergaun putih.
Namun hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin pada 11 Juli itu menunjukkan bahwa efek tersebut tidak meluas ke penilaian negatif secara umum tentang perempuan, misalnya, warna tidak mempengaruhi peluang mereka untuk meyakini bahwa perempuan itu miskin.
Warna Kecemburuan
Pazda mengatakan, para peneliti mengontraskan gaun merah dengan gaun putih karena mereka khawatir warna lain akan terlihat condong pada layar komputer.
Pada studi ketiga, para perempuan diminta melihat langsung foto, sehingga para peneliti mengubah warna alternatif menjadi hijau, warna yang tidak seperti putih, tidak berhubungan dengan kesucian.
Kali ini 143 perempuan Slowakia, seluruhnya mahasiswa yang punya hubungan heteroseksual, melihat foto perempuan yang sama mengenakan baju merah atau hijau.
Para peserta menilai bagaimana daya tarik seksual foto perempuan itu, bagaimana mereka akan memperkenalkannya ke pacar mereka, dan bagaimana perasaan mereka jika pacar mereka menghabiskan waktu dengan perempuan itu dalam skala 1 sampai 9.
Meski ada pertukaran dari putih ke hijau, peserta penelitian masih melihat perempuan berbaju merah lebih provokatif.
Perempuan berbaju merah diberi nilai 4,11 dari 9 dibandingkan nilai perempuan berbaju hijau 3,4 dari 9 dalam daya tarik seksual. Dan perempuan cenderung tidak terlalu suka perempuan berbaju merah berada di sekitar pacar mereka.
Padza mengingatkan bahwa hasil itu didasarkan pada apa yang orang katakan, bukan pada apa yang benar-benar mereka lakukan.
"Hasil studi kami hanya kecenderungan rata-rata. Ini jelas bukan bahwa setiap kali perempuan mengenakan merah, dia akan diasingkan atau dikecualikan oleh perempuan yang lain," kata dia.
Namun, ia melanjutkan, belum jelas apakah makna merah di luar konteks romatis. Dan blus merah juga mungkin akan berbeda konteks jika dibandingkan dengan gaun klub merah tua.
"Langkah selanjutnya adalah menempatkan perempuan di ruangan yang sama dengan perempuan yang mengenakan gaun merah dan tidak, dan melihat perlakuan saat berhadapan," katanya.
Penerjemah:
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014