Mahasiswa UGM kembangkan rompi kesehatan

16 Juli 2014 23:19 WIB
Mahasiswa UGM kembangkan rompi kesehatan
Universitas Gadjah Mada (istimewa)

Apron `Raden` (rompi antiradiasi pengion) itu diharapkan mampu memproteksi tubuh dari paparan radiasi serta memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para penggunanya,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengembangkan apron antiradiasi berbahan kulit sintetis dengan filler timbal yang ringan dan fleksibel yang diberi nama "Raden".

"Apron Raden (rompi antiradiasi pengion) itu diharapkan mampu memproteksi tubuh dari paparan radiasi serta memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para penggunanya," kata koordinator tim Akhmad Aji Wijayanto di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, apron tersebut terdiri atas tiga lapisan. Lapisan atas atau luar berupa kulit sintetis, lapisan tengah merupakan lapisan utama berisi campuran bahan PVC (Polyvinile Chloride), DOP (Di-2-ethylexy Phthalate), dan serbuk timbal (PbO dan PbCl2).

Lapisan berikutnya adalah lapisan dasar atau dalam berupa kain sebagai penguat apron. Penggunaan berbagai bahan tersebut menjadikan apron lebih fleksibel dan ringan, bahkan mampu menekan berat hingga 30 persen dibandingkan dengan apron pada umumnya.

Ia mengatakan rata-rata apron yang digunakan di rumah sakit memiliki berat hingga 5 kilogram karena pembuatan yang menggunakan bahan berlapis-lapis.

"Apron Raden dari segi produksi juga lebih hemat. Jika apron di pasaran biasanya dijual diatas Rp2,5 juta, apron Raden menghabiskan biaya produksi sekitar Rp1,5 juta," katanya.

Ia mengatakan tim telah melakukan uji atenuasi gama terhadap berbagai macam variasi komposisi bahan untuk mengetahui kemampuan bahan dalam menyerap radiasi gama dengan sumber Cs-137.

Komposisi itu terbaik dengan nilai koefisien atenuasi terbesar yang selanjutnya digunakan sebagai bahan utama. Apron itu mampu menahan paparan energi gama tingkat sedang hingga 662 keV.

Selain uji ateunasi gama, kata dia, juga dilakukan uji tarik dan mulur bahan. Hasilnya diketahui material apron dari kulit sintetis itu memiliki kekuatan tarik sebesar 500 N, melebihi standar SNI-1294 2009 yakni sebesar 180 N.

"Jika kemampuan mulurnya sampai 15 persen, maka masih dalam batas standar kemampuan mulur bahan yakni antara 13-20 persen. Jadi apron itu bersifat lentur dan fleksibel sehingga nyaman dipakai," katanya.

menurut dia, apron itu diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan terhadap apron yang aman terhadap radiasi gama sedang serta memberikan perlindungan terhadap radiasi bagi para penggunanya.

"Kami berharap karya tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sistem proteksi dan keselamatan radiasi di Indonesia," katanya.

Anggota tim antara lain Faiz Asyifaa Mohtar, Sita Gandes Pinasti, Firliyani Rahmatia N, dan Anggraeni Ayu R.
(B015/M008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014