"Saya senang jumlah wisatawan Indonesia ke Zimbabwe secara bertahap meningkat sebagai hasil kegiatan bersama antara kedutaan dan para operator Wisata Outbond dari Indonesia," kata Dubes Mageza.
Kedubes Zimbabwe mencatat lebih 300 wisatawan Indonesia mengunjungi negara itu dan beberapa negara tetangganya selama kurun waktu tersebut.
Dia memberikan keterangan tersebut ketika bertemu dengan sejumlah wartawan yang tergabung dalam Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), mahasiswa dan komunitas lain sehubungan dengan forum "Ramadhan Dialogue Series" dengan duta besar dari empat negara Afrika yang bertugas di Indonesia.
PJMI bekerja sama dengan Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS) Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menyelenggarakan forum tersebut.
Anggota DPR dari Komis I, Ir. H. Muhammad Najib, B. Dharmawan dari Kementerian Luar Negeri, Direktur Eksekeutif CSEAS Indonesia, Dr Arisman dan Ketua PJMI Mohammad Anthoni hadir dalam acara tersebut.
Para turis Indonesia mengunjungi Air Terrjun Victoria, salah satu dari tujuh keajaiban dunia, yang telah menjadi target pemasaran para operator tersebut.
"Para wisatawan Indonesia yang mengunjungi Air Terjun Victoria terus meningkat tiap tahun dan jumlah pengunjungnya dari negara-negara lain meningkat juga," kata Dubes Mageza.
Menurut dia, Zimbabwe juga memiliki daerah tujuan wisata lain yang menarik bagi wisatawan Indonesia seperti Taman Nasional Hwange yang merupakan habitat bagi gajah, singa, badan dana macan.
Sementara itu Muhammad Najib mengatakan kedua negara harus memperkuat hubungan khusunya di bidang ekonomi dan perdagangan.
"Para pengusaha dapat bekerja sama membangun sinergi untuk keuntungan bersama dengan memanfaatkan kebijakan Lihat Timur Zimbabwe," kata Najib.
Menurut dia, perlu waktu bagi kedua negara tersebut untuk meningkatkan perdagangannya.
Tiongkok dan India, dua raksasa ekonomi, telah memainkan peran penting dalam kebikan Lihat Timur Zimbabwe dan membuat kebijakan tersebut, yang memberikan prioritas bagi investor dari belahan timur dunia, menjadi realitas.
Mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan Zimbabwe dan Indonesia, Dubes Mageza mengatakan, terus tumbuh kendati belum ada perjanjian perdagangan formal. Arus perdagangan kedua negara signifikan dalam periode 1999-2000 sebelum negara-negara Barat memberlakukan sanksi atas Zimbabwe.
Tambakau dan kapas masih merupakan komoditas ekpor dari Zimbabwe ke Indonesia kendati volumenya saat ini kecil.
"Zimbabwe berpotensi besar memasok gula, kacang kedela dan daging ke Indonesia," kata dia.
Zimbabwe juga mengekspor ke Indonesia besi dan baja serdangkan impornya ilah karet mentah, asam lemak, tektil, mesin dan perlatan transportasi.
Dia juga menawarkan para pengusaha Indonesia untuk menanam modalnya dalam industri tekstil di Zimbabwe.
"Ini akan membantu mereka mengambil manfaat dari pengalaman yang dimilikinya dalam industri tekstil guna menembus pasar duty free pasar regional di Afrika bagian selatan," katanya.
Pasar tersebut berasal dari 15 negara yang membentuk komunitas ekonomi regional yang disebut Komunitas Pembangunan Afrika Bagian Sealatan (SADC) yang tujuannya seama dengan ASEAN.
Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014