Menurut studi yang dipublikan dalam Journal of the American College of Cardiology ini, orang yang belari kurang dari satu jam dalam seminggu mendapatkan manfaat kesehatan yang sama seperti orang yang berlari lebih lama, apa pun jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kondisi kesehatan atau status merokoknya.
Para peneliti mengatakan, hal ini lebih baik dibandingkan latihan moderat selama 150 menit atau 75 menit latihan penuh semangat selama seminggu seperti yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Amerika Serikat. "Lebih lama (berlari) mungkin tidak lebih baik dalam hubungannya dengan manfaat bagi kesehatan," ujar asisten profesor dari Iowa State University sekaligus ketua penulis studi, Duck-chul Lee seperti dilansir USA Today.
Para peneliti menemukan, di samping mengurangi risiko kematian, berlari juga bisa memperpanjang usia harapan hidup. Menurut mereka, rata-rata orang yang senang berlari (atau pelari) dapat hidup tiga tahun lebih lama dibandingkan yang mereka bukan pelari.
"Studi memberitahu kita kalau melakukan latihan adalah jelas lebih baik dibandingkan tidak melakukan apa pun," kata profesor dari Northwestern University Feinberg School of Medicine sekaligus kardiolog di American Hearth Association, Clyde Yancy.
Sementara itu, menurut kardiolog lainnya sekaligus wakil penulis studi, Carl Lavie, berlari secara konsisten bahkan dapat mengimbangi faktor risiko kematian lain, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi dan merokok.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti memeriksa lebih dari 50 ribu orang dewasa berusia 18 dan 100 tahun selama lebih dari 15 tahun. Mereka menggunakan data dari Aerobics Center Longitudinal Study.
Dalam studi itu, para partisipan menyelesaikan kuesioner mengenai kebiasaan lari mereka. Berdasarkan sampel, sekitar 24 persen partisipan dilaporkan menjadikan lari sebagai bagian dari latihan saat senggang.
Para peneliti juga menemukan, partisipan yang melakukan lari terus menerus selama lebih dari enam tahun mendapatkan manfaat kesehatan yang paling signifikan, yakni 29 persen lebih rendah berisiko meninggal secara keseluran dan 50 persen lebih rendah meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Lavie mengatakan, studi ini hanya memeriksa lari sebagai latihan yang dilakukan saat senggang.
Menurutnya, latihan fisik dapat diterjemahkan dalam aktivitas lainnya, seperti bersepeda atau berjalan. Bagaimanapun, lari adalah "lebih intens" dibandingkan aktivitas lain. Jika berjalan maka Anda harus berjalan dua kali lebih jauh.
Sementara jika Anda bersepeda, maka Anda harus melakukannya 3-4 kali lebih jauh. Lavie menyarakan, orang yang ingin memulai melakukan lari memulainya perlahan yakni dengan berjalan, lalu melakukan jogging dan berlari.
Menurut Lavie, waktu sempurna melakukan latihan sekitar 30 - 40 menit per hari. Namun, studi ini menunjukkan, orang-orang masih bisa mengurangi risiko kematian hanya dengan melakukannya lima menit per hari.
"(Studi ini memberikan) informasi yang bagus bagi orang-orang yang sering beralasan tidak melakukan lari karena tidak memiliki cukup waktu," ujarnya.
Di samping itu, para peneliti melakukan analisis tambahan untuk memeriksa pentingnya lari dan kebugaran fisik dibandingkan prediktor kematian lain. "Kebugaran sebagian besar meniadakan efek samping faktor risiko kardiologis. Kebugaran dapat menjadi prediktor terkuat untuk bertahan hidup," ungkap Lavie.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014