Pembahasan soal klaim-klaim tersebut, yang telah sekian lama dibantah oleh Iran, akan menjadi elemen penting dalam perjanjian komprehensif soal program nuklir Teheran yang ingin dicapai Iran serta negara-negara kuat dunia pada 24 November.
Dalam pernyataan singkatnya, Jumat, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), tidak memberikan rincian soal apa yang sebenarnya akan dibahas oleh kepala IAEA Yukiya Amano dengan para pemimpin dan pejabat Iran.
Badan pengawas atom yang berpusat di Wina itu hanya mengatakan bahwa kunjungan Amano, yang merupakan pertama kalinya sejak November, merupakan "bagian dari upaya untuk memajukan dialog serta kerja sama" dengan Iran.
Kunjungan itu dilangsungkan tak lama menjelang tenggat 25 Agustus bagi Iran untuk memberikan informasi kepada IAEA gunas menjernihkan sedemikian banyaknya tuduhan di masa lalu serta kemungkinan berjalannya penelitian menuju pengadaan senjata nuklir oleh republik Islam tersebut.
Dua masalah, yang merupakan bagian dari lusinan aspek dari dugaan kegiatan yang dijalankan oleh Iran --sebelum 2003, berada di bawah sorotan IAEA seperti yang dituangkan dalam laporan utamanya yang dikeluarkan pada November 2011.
Hingga kini, Iran membantah semua tuduhan itu dan menganggapnya sebagai tuduhan yang didasarkan pada informasi intelijen keliru yang diberikan oleh lembaga-lembaga seperti Badan Intelijen Pusat AS (CIA) serta Mossad Israel.
Sejumlah analis juga mempertanyakan beberapa pernyataan IAEA serta apakah badan yang berpusat di Wina itu memiliki kekuatan hukum untuk melangsungkan penyelidikan.
Iran membantah bahwa pihaknya berupaya ataupun pernah berupaya mengembangkan persenjataan nuklir.
Teheran mengatakan bahwa program nuklir miliknya, yang telah dijalankan selama lebih dari satu dekade, benar-benar untuk tujuan damai.
Kantor berita Iran IRNA, yang mengutip duta besar Iran untuk IAEA, melaporkan bahwa Amano akan melakukan pertemuan dengan Presiden Hassan Rouhani dalam lawatan satu harinya.
Pertemuan itu akan berlangsung menjelang putaran baru perundingan antara Teheran dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa --ditambah Jerman, yang diperkirakan akan dilakukan sebelum Sidang Majelis Umum PBB dimulai pada 16 September.
Pembicaraan-pembicaraan itu ditujukan untuk mencapai kesepakatan bersejarah, yang akan membuat Iran mengurangi kegiatan nuklirnya guna menghilangkan kekhawatiran bahwa negara itu akan memiliki senjata nuklir.
Sebagai imbalannya, Iran akan mendapat pengurangan sanksi yang menyiksa dari PBB serta negara-negara Barat. Demikian laporan AFP.
(Uu.T008/H-AK)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014