• Beranda
  • Berita
  • Pemuda Lombok Timur transplantasi terumbu karang

Pemuda Lombok Timur transplantasi terumbu karang

16 Agustus 2014 18:40 WIB
Pemuda Lombok Timur transplantasi terumbu karang
Ilustrasi -- Transplantasi terumbu karang (Efin M./WWF-Indonesia)

Hampir 50 persen terumbu karang di sekitar Gili Kondo, Bidara, dan Sudak, rusak karena pengeboman ikan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun...

Lombok Timur (ANTARA News) - Karang Taruna Panti Karya, Desa Padak Guar, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menunjukkan kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan dengan melakukan transplantasi terumbu karang di sekitar tiga gili yang menjadi tujuan wisatawan.

Pelepasan stek transplantasi terumbu karang yang ditanam dalam media pot dalam wadah meja yang terbuat dari besi beton tersebut dilakukan hari ini sebanyak 2.100 batang.

Stek terumbu karang dilepas ke dasar laut di sekitar Gili Kondo, Bidara, dan Sudak. Ketiga pulau itu menjadi lokasi kegiatan wisata penyelaman banyak wisatawan.

Kegiatan pelepasan transpalantasi terumbu karang oleh para pemuda pemerhati lingkungan itu disaksikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Nusa Tenggara Barat (NTB), Aminullah.

Divisi Pemberdayaan Karang Taruna Panti Karya, Suryo Budi Utomo, menjelaskan pihaknya sudah melaksanakan kegiatan tranpslantasi terumbu karang sejak satu tahun lalu, namun hasilnya belum optimal karena anggotanya belum memiliki keahlian.

"Tapi setelah kami berkomunikasi dengan kenalan yang boleh dibilang pakar sekaligus pemerhati terumbu karang, akhirnya kami difasilitasi dengan DKP NTB. Makanya kami mendapat bantuan media tanam," katanya.

Ia mengatakan, alasan para pemuda di desanya melakukan transplantasi terumbu karang secara mandiri karena prihatin dengan kondisi terumbu karang yang sudah rusak parah akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan potasium.

"Hampir 50 persen terumbu karang di sekitar Gili Kondo, Bidara, dan Sudak, rusak karena pengeboman ikan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun," ujarnya.

Budi mengaku sering melihat secara jelas aksi penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium ketika mengantar wisatawan untuk menyelam di perairan sekitar tiga gili, namun pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk melarang.
(KR-WLD)

Pewarta: Awaludin
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014