AS tak dukung Israel caplok tanah Palestina

2 September 2014 10:27 WIB
AS tak dukung Israel caplok tanah Palestina
Bendera Israel berkibar di sebuah bukit dekat pemukiman Yahudi Elazar di Tepi Barat, dekat Bethlehem, Minggu (17/3). Presiden AS Barack Obama dijadwalkan melakukan kunjungan pertamanya ke Israel dan Wilayah Palestina minggu ini, mencoba memperbaiki hubungan setelah hubungan bergejolak kedua negara di masa kepemimpinan pertamanya. Perluasan pemukiman Israel terletak antara kebencian Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan Obama, yang mengatakan Amerika Serikat tidak menerima legitimasi pemukiman berlanjut. (REUTERS/Ronen Zvulun)

Kami mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan keputusan itu.

Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat mendesak Israel untuk memikirkan kembali rencana mereka untuk merampas tanah milik Palestina seluas 400 hektare di Bethelhem, Tepi Barat.

Israel terus menghadapi tekanan internasional pada Senin, selain AS, PBB, dan juga Mesir mendesak Israel memikirkan kembali rencana yang diumumkan hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina tercapai.

Menurut pihak militer Israel, rencana perampasan tanah itu merupakan keputusan politik setelah pembunuhan tiga pemuda Yahudi di wilayah yang sama--dikenal oleh komunitas Yahudi dengan nama Gush Etzion--pada Juni lalu.

"Rencana ini kontraproduktif bagi tujuan Israel untuk menciptakan solusi dua negara dengan Palestina," demikian kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

"Kami mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan keputusan itu," kata dia.

Kebijakan perluasan pemukiman dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di wilayah yang rencananya akan menjadi bagian dari masa depan negara Palestina adalah kebijakan yang dinilai ilegal oleh Uni Eropa.

Amerika Serikat sendiri mengatakan langkah tersebut sebagai "halangan bagi terciptanya perdamaian."

Kecaman juga muncul dari Amnesti Internasional yang menyatakan bahwa rencana terbaru Israel merupakan "perampasan tanah terbesar di wilayah Palestina sejak 1980."

"Strategi Israel untuk merampas tanah secara ilegal untuk tujuan pemukiman di Tepi Barat harus segera dihentikan untuk selamanya," kata kepala Amnesti Internasional Phillip Luther.

(G005)


Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014