"Itu bukan tugas Direksi PTPN saja. Masalah ini menyangkut Kementerian BUMN, aparat hukum, keamanan, macam-macam maka harus ada koordinasi. Dalam kasus ini kelihatannya negara sudah tidak ada, dibiarkan," katanya usai meninjau lahan PTPN II di Medan, Sumut, Rabu pekan ini seperti dikutip dari laman web resmi Dpr.go.id.
Ia bersama Tim Kunjungan Kerja Panja melihat langsung lahan dikapling dan dipagar beton dengan luas yang sebagian mencapai ribuan meter.
Tim yang dipimpin Sekretaris Panja Lili Asdjudireja dan sejumlah anggota diantaranya Marzuki Daud (FPG), Ferrari Romawi (FPD) dan Nasril Bahar (FPAN) meninjau lokasi bersama Dirut PTPN II Bhatara Moeda Nasution.
Ida Ria, anggota Panja dari F-PD mengaku prihatin melihat puluhan batang pohon kelapa yang menjulang tinggi tapi dalam kondisi kering terkena zat kimia.
Lahan ini kemudian ditanam jagung dan tanaman lain oleh penyerobot.
"Penegak hukum kok tidak melakukan sesuatu," tandasnya.
Kehadiran para penyerobot menurut Dirut PTPN II diduga digerakkan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin menguasai lahan bernilai ekonomi tinggi karena berada tidak jauh dari Bandara Internasional Kualanamu.
"Banyak pekerja PTPN datang dari Jawa tidak bisa mempertahankan tanah yang telah ditempatinya. Padahal nenek moyang merekalah yang datang dari Jawa membuka kebun ini. Sekarang orang yang tak jelas bisa masuk menguasai bukan sekedar untuk rumah, tapi luas sekali dan sulit memintanya kembali," tutur dia.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014