Bus Shalawat, sarana transportasi jamaah haji

9 September 2014 21:53 WIB
Bus Shalawat, sarana transportasi jamaah haji
Transportasi Haji. Petugas transportasi haji Daerah Kerja (Daker) Makkah melakukan simulasi pengangkutan jamaah haji dari penginapan hingga Masjidil Haram, di Makkah, Rabu, (10/9). Sebanyak 164 petugas transportasi haji akan melayani 155.200 jemaah haji reguler dari tempat penginapan sampai Masjidil Haram selama 24 jam. (ANTARANews/Unggul Tri Ratomo)
Makkah (ANTARA News) - Pada tahun ini, banyak penginapan jamaah haji Indonesia di Makkah yang jaraknya jauh dari Masjidil Haram, yakni di atas 2.000 meter (2,0 km) hingga 3.900 meter, sehingga akan menyulitkan jamaah haji yang ingin melakukan ibadah ke Masjidil Haram apalagi bagi jamaah haji yang telah berusia tua.

Menjauhnya penginapan jamaah haji Indonesia ini tidak terlepas dari sedang direnovasi atau diperluasnya Masjidil Haram sehingga banyak penginapan di sekitarnya dibongkar.

Untuk itu pemerintah pun menyiapkan bus untuk mengatar pulang pergi jamaah dari penginapan sampai ke Masjidil Haram, yang dikenal dengan "Bus Shalawat". Sebenarnya, Bus Shalawat ini sudah ada sejak tahun-tahun sebelumnya, namun karena saat ini makin banyak penginapan yang jauh maka pengelolaannya makin rumit dan kompleks.

Selain itu ketentuan Pemerintah Arab Saudi juga menyebutkan bahwa jamaah haji yang menempati wilayah dengan jarak 2.000 meter atau lebih dari Masjidil Haram maka setiap Misi Haji wajib menyediakan layanan transportasi shalawat.

Bagi pemerintah Indonesia penyediaan bus shalawat tidak hanya dibatasi pada jamaah yang tinggal lebih dari 2.000 meter namun juga yang kurang dari itu namun kondisi jalannya agak sulit ditempuh dengan jalan kaki.

Pada tahun ini paling tidak ada 91 perumahan dengan 121.487 jamaah yang akan mendapat layanan Bus Shalawat. Artinya, sebagian besar jamaah haji Indonesia akan mendapat layanan ini karena jumlah keseluruhan jamaah haji reguler adalah 155.200 orang.

Oleh sebab itu keberhasilan masalah transportasi ini menjadi sangat penting karena menjadi salah satu ukuran utama keberhasilan penyelenggaraan haji 2014 selain pemondokan dan katering.

Kepada Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Makkah Endang Jumali mengatakan pemerintah sudah menyediakan 150 bus dari dua perusahaan setempat yakni Rawaheel dan Saptco. Bus ini akan beroperasi selama 24 jam sehingga jamaah tidak perlu takut tidak ada angkutan jika ingin ke Masjidil Haram atau ingin kembali ke penginapan setiap saat, kecuali pada waktu-waktu tertentu dimana memang bus dilarang untuk lewat.

Mengenai awal operasi bus, Kasi Transportasi Daerah Kerja Makkah Suhendro Wagiona Irsyad, mengatakan mulai 9 September malam sekitar pukul 21.00 waktu setempat bertepatan dengan kedatangan jamaah haji ke Makkah dari Madinah. Seperti diketahui, gelombang pertama jamaah haji ditempatkan terlebih dahulu ke Madinah dan selanjutnya mulai berdatangan ke ke Makkah pada 9 September tengah malam. Sementara gelombang kedua jamaah haji akan tiba 15 September dan langsung menuju Makkah.

Menurut buku Penyediaan Transportasi Darat Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi, pada masa Armina atau Arafah Mina (tanggal 30 September-7 Oktober) atau selama delapan hari, bus ini berhenti beroperasi, karena peraturan pemerintah Arab Saudi dan bus dipersiapkan untuk Armina (Arafah Mina). Bus kembali beroperasi di masa kepulangan haji 08-27 Oktober.


Rute Bus

Sementara itu Kasi Transportasi Daerah Kerja Makkah Suhendro Wagiona Irsyad, untuk melayani jamaah dengan baik maka kriteria bus yang akan melayani jamaah juga telah ditetapkan sejak awal. Syarat-syarat tersebut antara lain memiliki pendingin udara, tiga pintu, kapasitas 70 orang (45 duduk), pengeras suara, alat pemecah kaca, ban cadangan, kotak kesehatan, dan buatan minimal 2007.

Ada 12 rute bus yang dilayani dengan 38 halte. Jumlah halte tiap-tiap rute berbeda tergantung jarak yang dilayani, mulai dari satu halte hingga lima halte per rute. Namun jangan dipikirkan halte dimaksud seperti di Indonesia yang terdapat tempat berteduh dan terkadang tempat duduk. Istilah halte di sini mungkin lebih tepat disebut tempat pemberhentian sementara karena hanya diberi tanda khusus, misalnya bendera Indonesia dan jika memungkinkan juga dipasang payung besar sebagai tanda.

Namun setiap halte akan dilayani oleh dua orang petugas setiap shift (sehari dua shift) yang memantau bus dan membantu jamaah.

Untuk melihat kesiapan Bus Shalawat ini pada 3 dan 4 September telah dilakukan simulasi dengan seluruh petugas transportasi, yang juga diikuti oleh Konjen RI Jeddah Darma Kirti Syailendra dan Kepala Daker Makkah Endang Jumali. Setelah melihat simulasi tersebut Darma Kirti Syailendra menyatakan bahwa trasportasi shalawat sudah sangat siap.

Setiap setiap bus yang melewati rute tertentu diberi stiker berupa nomor dan warna tertentu sehingga diharapkan jamaah haji tidak kesasar. Stiker ini benar-benar perlu diperhatikan oleh jamaah.

Bus-bus yang melewati satu rute yang sama akan dipasangi stiker yang cukup besar sebagai tanda khusus agar jamaah haji tidak salah memilih bus. Stiker itu memuat gambar bendera Merah Putih, nomor rute dan warna rute. Nomor diperlukan agar jamaah yang buta warna dapat mengenali bus yang ditumpangi.

Berikut nomor dan warna stiker menurut rute-rute bus:

1. Aziziah Janubiah-Mahbas Jin dengan stiker berwarna biru
2. Aziziah Syimaliah - Mahbas Jin dengan stiker warna kuning
3. Syisyah Raudhah - Mahbas Jin dengan stiker warna merah
4. Mahbasjin - Bab Ali dengan stiker warna putih
5. Syisyah- Al Ghaza dengan stiker warna ungu
6. Raudhah -Al Ghaza dengan stiker warna violet
7. Maabah -Al Ghaza dengan stiker warna biru
8. Reidzkahir - Al Gaza dengan stiker warna abu-abu
9. Utaibiyah/Jarwal - Al Ghaza dengan stiker warna jingga
10. Biban/Syari Mansyur- Al Ghaza dengan stiker warna hitam
11. Syari Mansyur - Al Ghaza dengan stiker warna hijau
12. Bhakhutmah/Nakkasah- Al Ghaza dengan stiker warna orange‎
13. Kuday-Bab Malik warna putih

Sebagai catatan rute 12 yakni Bhakhutmah/Nakkasah menuju Al Ghaza, pada masa puncak (kurang lebih 10 hari sebelum wukuf) maka bus dialihkan ke terminal Kuday ke Babul Malik (rute 13) dan bus diberlakukan umum untuk seluruh negara boleh naik.

Untuk jamaah yang berhenti di Al Ghaza maka tinggal berjalan kaki menuju Masjidil Haram, demikian pula yang turun di Bab Malik. Namun jamaah yang berhenti di Terminal Mahbas Jin harus berganti bus menuju Bab Ali karena Masbah Jin adalah terminal transit. Dari Bab Ali, jamaah bisa berjalan kaki menunu tujuan.

Perjalanan dari Al Ghaza menuju Masjidil Haram sekitar 10 menit. Sementara dari Bab Ali menuju Masjidil Haram sekitar lima menit.

Namun menurut Suhendro, jumlah bus yang beroperasi disesuaikan dengan kedatangan jamaah. Pada waktu-waktu awal mungkin baru sedikit bus yang dikerahkan namun  pada saat puncak maka seluruh bus dikerahkan. Pada tanggal 9 September, pada waktu kedatangan pertama jamaah ke Makkah, maka jumlah bus yang dioperasikan baru tiga bus.

Ada saran kepada jamaah yang akan menggunakan bus shalawat ini:
1. Untuk menghindari kepadatan maka jamaah diharapkan berangkat ke Masjidil Haram lebih awal dan kembali lebih akhir.
2. Bila hendak keluar penginapan hendaknya tidak sendirian agar ada teman bertanya.
3. Apabila teman tersesat agar merujuk pada halte terdekat atau menghubungi kontrak pengaduan (0508932700/0532443387)
4. Memanfaatkan waktu-waktu senggang sepertu waktu dhuha atau tengah malam saat akan ke Masjidil Haram.
5. Ketiga berada di Terminal Al Ghaza dan atau Bab ALi agar memperhatikan warna stiker dan nomor bus. (*)

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014