Kendari (ANTARA News) - Sekolah lapang iklim (SLI) harus dioptimalkan untuk mendorong peningkatan produksi hasil pertanian menuju terwujudnya swasembada pangan di Tanah Air.Kalau menanam dengan mengandalkan insting atau pola kebiasaan hampir dipastikan akan menemui kegagalan karena iklim berubah dalam waktu yang tidak menentu,"
Anggota Komisi V DPR RI Sadarestuwati di Kendari, Jatim, Jumat, mengatakan pola menanam konvesional yang dilakukan kalangan petani tidak akan mencapai kesuksesan.
"Kalau menanam dengan mengandalkan insting atau pola kebiasaan hampir dipastikan akan menemui kegagalan karena iklim berubah dalam waktu yang tidak menentu," kata Sadarestuwati, politisi PDI-P.
Teknologi mutakhir yang digunakan mengamati dan mendeteksi dini iklim dibutuhkan untuk menjadi pedoman petani dalam menggarap lahan.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan.
Selain instansi tersebut juga prakiraan klimatologi diperlukan bagi nelayan untuk mengetahui kondisi perairan yang rawan gelombang tinggi dan angin kencang.
Badan Penanggulangan Bencana penting untuk menjalin kerjasama dengan BMKG agar dapat mengantisipasi ancaman terjadinya bencana.
"Bencana datang kapan saja. Manusia hanya meramalkan dan mengantisipasi. Semua kekuasaan Tuhan," katanya.
Sadarestuwati mengharapkan pemerintah daerah dapat mendukung eksistensi BMKG di daerah karena untuk kepentingan pembangunan bangsa dan masyarakat secara umum.
BMKG bekerjasama dengan Pemerintah Kota Kendari yang turut disaksikan anggota Komisi V DPR RI Sadarestuwati(Fraksi PDI-P) menggelar sosialisasi Undang Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
(S032/B012)
Pewarta: Sarjono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014