Kabid Humas Polda Malut, AKBP Hendri Badar ketika dihubungi di Ternate, Minggu menjelaskan longboat tersebut dalam pelayaran dari Desa Bajo, Pulau Mangoli ke Sanana, namun dalam perjalanan mengalami kecelakaan setelah dihantam ombak dan arus.
Saat musibah itu, kondisi cuaca di sekitar perairan Desa Bajo bergelombang dan disertai angin cukup kencang, sehingga dalam kondisi itu, longboat yang dikemudikan Bahri Lessy juga membawa kopra sebanyak 10 karung tersebut akhirnya terbalik di perairan yang berada sekitar 1 mil dari Desa Bajo.
Akibat musibah tersebut, 14 penumpang meninggal, tujuh orang hilang, tiga diantaranya merupakan anak-anak dan 14 orang selamat termasuk nakhodanya yang bernama Bahri Lessy (29 tahun).
Nakhoda Bahri Lessy yang saat itu membawa istri, menantu dan dua anaknya juga ikut menjadi korban dalam musibah naas yang terjadi sekitar pukul 09.00 Wit tersebut.
Ia mengatakan, dari 14 penumpang yang selamat tersebut, tiga diantaranya dalam kondisi kritis dan kini mendapat perawatan di RSUD Sanana, sedangkan penumpang yang meninggal telah diantar ke keluarganya masing-masing.
Tim SAR yang melibatkan Polri, Syahbandar dan masyarakat setempat masih terus melakukan pencarian terhadap tujuh penumpang yang hilang tersebut dengan menyisir perairan sekitar lokasi musibah.
"Nakhoda longboat tersebut Bahri Lessy saat ini sedang menjalani pemeriksaan di Mapolres Sanana untuk mengetahui penyebab pasti tenggelamnya longboat tersebut," kata Kabid Humas.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate sebelumnya telah mengeluarkan imbauan kepada nelayan di Malut, termasuk di Kabupaten Kepulauan Sula waspada saat melaut, karena ketinggian gelombang di perairan Malut saat ini mencapai di atas tiga meter.
Di tempat terpisah, Kepala BMKB Ternate, Fahmi Bachdar ketika dikonfirmasi menyatakan, ketinggian gelombang di sejumlah perairan seperti di Kabupaten Kepulauan Sula, perairan Halmahera Utara, Halmahera Timur dan Halmahera Barat dan mencapai tiga meter.
"Sedangkan angin yang bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan 27 km/jam, sangat mempengaruhi terjadinya gelombang tinggi di sekitar Pulau Halmahera dan Kabupaten Kepulauan Sula," katanya.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014