"Sebelumnya Kecamatan Donomulyo tidak masuk dalam kawasan krisis air dan tidak pernah minta dropping air bersih, tapi beberapa hari lalu Camat Donomulyo mengajukan dropping air bersih untuk warganya," kata Hafie Lutfi di Malang, Sabtu.
Sebelumnya sejumlah desa di beberapa kecamatan di daerah itu, yakni Kecamatan Singosari, Lawang, Kalipare, Jabung, Sumberpucung, Tirtoyudo, Gedangan, dan Bantur sudah didrop air bersih, baik dari PMI, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, PDAM serta BPBD setempat.
Lebih lanjut, Hafie mengatakan karena ada tambahan wilayah yang mengajukan dropping air bersih, BPBD harus mengatur ulang jadwal dropping, khususnya air untuk kebutuhan dasar, yakni untuk minum dan memasak.
Beberapa kawasan yang kekurangan air bersih di wilayah Singosari itu didrop secara bergiliran dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang serta PDAM. Sedangkan wilayah lainnya, seperti di Kalipare dipasok dari tangki air PDAM dan di Desa Gampingan, Kecamatan Pagak dipasok dari BPBD.
Ia mengatakan pasokan air untuk sejumlah daerah krisis air bersih itu rata-rata sebanyak 5.000 liter hingga 12 ribu liter per hari atau sekitar 40 ribu liter per hari untuk beberapa kawasan dengan menggunakan delapan armada tangki air, baik tangki air milik PDAM, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, PMI serta BPBD.
Menyinggung anggaran untuk penanggulangan bencana kekeringan di Kabupaten malang, Hafie mengaku akan mengatur sedemikian rupa, sebab anggaran dari APBD 2014 sebesar Rp1 miliar, sudah terpakai sekitar Rp600 juta untuk mengatasi dampak erupsi Gunung Kelud beberapa bulan lalu.
"Kami memang harus mengatur anggaran sedemikian rupa agar cukup hingga akhir tahun. Salah satu caranya, untuk distribusi air bersih diambilkan dari air PDAM yang paling dekat dari loaksi kekeringan dan biaya operasionalnya dibebankan ke masing-masing instansi," ujarnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014