"Berdasarkan pengalaman tahun 1999 merupakan haji akbar, banyak jamaah termasuk warga Arab Saudi masuk Makkah bukan melalui jalan utama. Karena warga Arab Saudi yang ingin berhaji dan masuk kota Makkah juga harus mempunyai izin (tasrih)," kata Pembimbing Ibadah Haji Indonesia di Daerah Kerja Makkah, Ustadz Muhammad Adnan, di Makkah, Jumat.
Pada saat musim haji, aparat keamanan Arab Saudi, berjaga-jaga di pos-pos tertentu menjelang pintu masuk Makkah untuk memantau jamaah haji yang tidak memiliki izin haji.
Pada tahun 1999, wukuf atau puncak haji jatuh pada hari Jumat sehingga dipercaya sebagai haji akbar. Pada tahun itu, kata Adnan yang kini sedang kulias S3 di Universitas Riyadh, ia juga melaksanakan ibadah haji dan berangkat dari Pakistan. Haji akbar berikutnya terjadi pada 2006.
Adnan mengatakan, wukuf pada hari Jumat dianggap haji akbar karena ada dua momen besar yakni wukuf sendiri dan hari jumat adalah hari yang agung. Hal ini menyebabkan banyak umat Islam ingin melaksanakan haji pada haji akbar ini. Bahkan dikabarkan, masyarakat Arab Saudi pun banyak yang ingin melaksanakannya.
Menurut Adnan, biasanya umat Islam dari negara yang berbatasan dengan Arab Saudi juga ingin melaksanakan ibadah saat haji akbar ini. Mereka akan mencoba masuk Arab Saudi dan Makkah tidak melalui jalan utama.
Sehubungan dengan itu, Adnan meminta jamaah Indonesia benar-benar menjaga kesehatanya menjelang wukud yang tinggal tujuh hari lagi karena jumlah jamaah diperkirakan akan lebih padat dibanding biasa sehingga perlu fisik yang prima.
Sebelumnya, Dubes RI untuk Arab Saudi AM Fachir, mengatakan, sedikitnya 3.000 jamaah calon haji dari seluruh dunia, termasuk warga Arab Saudi sendiri, ditolak masuk Makkah karena tidak mempunyai tasrih atau visa/ijin untuk melakukan ibadah haji.
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014