Ambon (ANTARA News) - Warga Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, menyimpan barang-barang bekas peninggalan kolonial Jepang sebagai kenang-kenangan kekejaman tentara Jepang yang pernah dirasakan oleh mereka, kata Andrew Huwae ahli kolonial dari Balai Arkeologi Ambon, Kamis.Wanita yang dinilai cantik meski telah bersuami juga dipaksa menjadi jugun ianfu, suaminya dibunuh dan istrinya diambil paksa bekerja di rumah panjang."
"Rata-rata para orang tua yang berusia di atas 60 tahun menyimpan berbagai barang-barang bekas pangkalan militer Jepang, barangnya macam-macam, bahkan ada besi tua yang sudah karatan, itu dijadikan sebagai kenang-kenangan atas kekejaman yang pernah mereka rasakan ketika tentara Jepang bercokol di sana," katanya.
Andrew mengatakan ketika tim yang dipimpinnya melakukan penelitian tentang kolonialisme Jepang di Pulau Selaru dan mengidentifikasi sisa peninggalan penjajahan yang ada di sana pada 13 Mei 2013, sebagian besar barang-barang bekas pangkalan militer Jepang berada di tangan penduduk setempat.
"Benda-benda itu mulai disimpan dan dijadikan milik pribadi sejak ketika Jepang keluar dari Selaru, cerita kenangan buruk pendudukan Jepang diteruskan melalui peninggalan yang disimpan oleh masyarakat, beberapa saksi hidup yang kami wawancarai bahkan sangat emosional ketika membicarakan apa yang pernah mereka rasakan," katanya.
Dia mengatakan, Jepang membumi hanguskan Kota Ambon pada 30 Januari 1942 dalam waktu 24 jam dan menguasai titik-titik penting di Pulau Ambon, setelah itu melanjutkan invasinya hingga ke bagian Selatan Maluku, kemudian mendirikan pangkalan militernya di Pulau Selaru yang berbatasan langsung dengan Australia.
Kala itu, hampir seluruh masyarakat Selaru merasakan kekejaman kolonialisme Jepang, kaum lelakinya dijadikan romusha (pekerja paksa) untuk membangun pangkalan militer yang berpusat di Desa Lingat, satu dari tujuh desa di Pulau Selaru.
Para lelaki dipaksa bekerja selama 24 jam penuh dan hanya diberi sedikit makanan sehingga banyak yang mati.
Tidak hanya itu, seiring dibangunnya pangkalan militer di Pulau Selaru, tentara Jepang juga memaksa para wanita menjadi jugun ianfu (pekerja seks), ditempatkan dalam satu rumah bordil yang dalam istilah setempat disebut rumah panjang.
"Wanita yang dinilai cantik meski telah bersuami juga dipaksa menjadi jugun ianfu, suaminya dibunuh dan istrinya diambil paksa bekerja di rumah panjang," katanya. (IVA/F003)
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014