Serang (ANTARA News) - Relawan taman bacaan "Rumah Dunia" di Serang, Provinsi Banten, melakukan perjalanan ke 31 titik di Pulau Jawa untuk mengampanyekan budaya membaca dan menulis.Jika pada kerja rodi berkesan negatif dan traumatik, maka pada kerja literasi menimbulkan kesan sebaliknya
Presiden Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) se-Indonesia yang juga pendiri Taman Bacaan Rumah Dunia, Heri Hendrayana Haris, di Serang, Jumat, mengatakan tur literasi Jawa menuju Indonesia membaca dan menulis dari Anyer sampai Panarukan tersebut, dimulai dari Mercusuar Anyer atau di nol kilometer jalan Anyer--Panarukan yang dibangun pada masa Herman Willem Daendels, Gubenur Jenderal Hindia Belanda ke-36.
"Kalau dulu zaman Belanda kita dipaksa untuk kerja rodi, maka kami akan mengenang masa lalu itu melalui kerja literasi di 31 titik mulai Anyer sampai Panarukan," kata Heri Hendrayana Haris alias Gol A Gong.
Gol A Gong mengatakan bersama sejumlah relawan Rumah Dunia yakni Baehaqi Muhamad, Jefri Ardian, Rudi Rustiadi, ia akan singgah di sejumlah taman bacaan masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan seperti pelatihan, orasi budaya, hibah buku, bazar buku dan petunjukan teater. Tujuan utamanya untuk mengampanyekan budaya membaca dan menulis kepada masyarakat Indonesia.
"Perjalanan kami mulai 9 Oktober di Anyer dan kembali ke Anyer pada 20 November mendatang," katanya.
Sejumlah kota di Jaya yang akan disinggahi di antaranya Bandung, Indramayu, Purwokerto, Wonosobo, Solo, Bojonegoro, Ngawi, Tulung Agung dan kota lainnya di Pulau Jawa.
"Tujuan kegiatan ini substansinya memberikan pemaknaan baru dari kerja rodi pada zaman Daendeles, ke kerja literasi sepanjang 1.000 kilo meter," kata Gol A Gong.
Menurutnya, kebutuhan akomodasi untuk perjalanan kampanye literasi tur Jawa tersebut, diperoleh dari sembako buku atau penjualan buku dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Sedangkan mobil operasional kegiatan diberikan pinjaman dari Yayasan Tunas Cendikia.
"Kami juga akan menghibahkan sekitar 2.000 buku, bantuan buku dari Asia Foundation berupa buku dongeng dua bahasa, serta buku-buku tentang tindak pidana korupsi bantuan dari KPK," kata Gol A Gong.
Ia mengatakan, kerja rodi dan kerja literasi, keduanya memiliki kesan tersendiri bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Sebagian kesan pada kerja rodi yakni kemiskinan, penurunan kualitas pendidikan dan ekonomi karena penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan, kelaparan, kematian, pemaksaan bekerja sewenang-wenang kepada penduduk pribumi dan lain-lain.
"Jika pada kerja rodi berkesan negatif dan traumatik, maka pada kerja literasi menimbulkan kesan sebaliknya, yakni intelektualitas, seni, kebudayaan dan kegembiraan," katanya.
(M045)
Pewarta: Mulyana
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014