Warga bangun instalasi air atasi kekeringan

14 Oktober 2014 21:44 WIB
Warga bangun instalasi air atasi kekeringan
ilustrasi Tekan Biaya Tanam Musim Kemarau Seorang petani memasang selang ke tabung Elpiji 3 kg yang di gunakan sebagai bahan bakar mesin diesel penyedot air di lahan persawahan Desa Ngampel, Mojoroto, Kediri, Jawa Timur, Kamis (9/10). (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Tulungagung (ANTARA News) - Seorang warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, membangun instalasi dengan sistem pompa atas-bawah guna mengalirkan air dari dataran ke lereng gunung setinggi 100 meter, untuk mengatasi kekeringan yang melanda kawasan perbukitan itu setiap kemarau.

Antara di Tulungagung, Selasa, melaporkan pria bernama Agus Utomo (41) tersebut mengaku membiayai sendiri seluruh pembangunan instalasi air tersebut sehingga mampu menyirami ribuan pohon di lereng bukit yang mulai meranggas.

"Ide awalnya adalah mengembangkan kawasan konservasi hutan, tapi saya memulainya dengan membangun instalasi air dari bawah hingga ke atas bukit," tutur Agus yang berlatar belakang perawat di RS Bhayangkara Tulungagung.

Untuk mewujudkan idenya tersebut, tutur Agus, ia membangun jaringan pipa air sepanjang kurang-lebih 130 meter, dari perkampungan yang ada di dataran ke lereng bukit dengan ketinggian lebih dari 60 meter.

Cara kerja instalasi hasil rekayasa Agus, air dari sumur warga di dataran yang memiliki kedalaman sekitar empat meter dia sedot menggunakan mesin pompa air otomatis dan disalurkan ke atas bukit.

Untuk memperkuat daya dorong dan menstabilkan debit air, Agus memasang pompa tambahan di atas lereng bukit, untuk kemudian dialirkan ke lahan konservasi yang kini menjadi salah satu obyek wana wisata dan bumi perkemahan.

"Dulu tempat ini sangat gersang, apalagi saat kemarau. Topografi bukit yang berbatu dan tidak ada sumber air menyebabkan tanaman sulit tumbuh. Itu sebabnya saya merasa perlu membangun instalasi dengan sistem pompa air atas-bawah guna memudahkan program konservasi ini," ujarnya.

Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wono Yoso ini mengklaim, kegiatan konservasi yang dilakukannya di lereng Gunung Budeg, Dusun Kendit, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat sejak 2003, telah berhasil merehabilitasi hutan seluas 80 hektare lebih.

Kendati tidak semua area hutan milik Perhutani itu bisa ia cukupi kebutuhan airnya melalui instalasi pompa atas-bawah, Agus mengaku cukup puas karena usaha yang dirintisnya selama bertahun-tahun kini bisa dinikmati masyarakat untuk aneka kegiatan wisata, pendidikan, maupun kepramukaan.

"Di dalam kawasan konservasi ini, instalasi air yang saya bangun sekarang baru mampu mencukupi kebutuhan area wana wisata seluas sekitar tiga hektare. Pada 2015 nanti, saya berharap cakupannya bisa diperluas hingga lima hektare lebih di kawasan atas yang menjadi pusat bumi perkemahan," ujarnya.

(KR-DHS/M008)

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014