...satu minggu saja sekitar 2,5-3 juta rupiah. Bisa dibayangkan berapa total biaya jika pengobatan berlangsung hingga enam bulan."
Jakarta (ANTARA News) - Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Virus Hepatitis C (VHC) dan mengakibatkan peradangan hati.
Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, misalnya pada penggunaan jarum suntik yang tidak steril, proses tindik, tato, dan cukur dengan alat yang tidak steril, serta melalui hubungan seksual.
Menurut ahli hepatologi Prof. Ali Sulaiman, jika dalam enam bulan penyakit ini tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan kerusakan hati menahun yang pada akhirnya memburuk menjadi kanker hati (sirosis).
Di Indonesia, diperkirakan 4-5 juta jiwa menderita Hepatitis C.
Dari jumlah tersebut, sekitar 75-85 persen akan menjadi penyakit Hepatitis kronis yang jika dibiarkan maka 30 persen di antaranya dapat memburuk menjadi sirosis hati dengan ancaman kematian.
Kendati berpotensi menjadi penyakit serius, namun banyak orang tidak menyadari jika dirinya terjangkit VHC karena gejala Hepatitis C memang sulit dikenali.
"Pada awalnya pasien yang terjangkit VHC hanya merasa kelelahan, nafsu makan menurun, dan demam," katanya di Jakarta, Rabu.
Jika sudah parah, lanjut Ali, pasien akan mengeluhkan sakit di bagian perut, air seni berwarna kuning pekat, nyeri pada sendi-sendi, dan kulit serta mata menguning.
Namun sekitar 80 persen penderita tidak merasakan gejala apapun sehingga sangat jarang orang memeriksakan VHC secara dini dan baru terdiagnosa setelah terjadi kerusakan pada hati, ujarnya.
Selain gejalanya yang sulit dikenali, hingga kini belum ada vaksin untuk mencegah Hepatitis C.
Baksin pencegahan
Ahli hepatologi Prof. Laurentius A. Lesmana mengatakan bahwa Walaupun belum ditemukan vaksin pencegahan Hepatitis C, namun penyakit ini bisa disembuhkan jika terdeteksi dari awal dan diberi terapi yang baik.
"Pengobatan standar yang tersedia saat ini dapat memberikan tingkat kesembuhan sampai 95 persen," tuturnya.
Pengobatan yang dimaksud yakni pemeriksaan atau "screening" antibodi anti-VHC untuk identifikasi awal, dilanjutkan dengan terapi suntik interveron setiap satu minggu sekali selama 24-48 minggu, tergantung pada tipe virus dan seberapa parah kondisi penderita.
Menurut Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dr. Rino A. Gani, biaya untuk terapi pengobatan Hepatitis C pun terbilang fantastis.
"Dengan menggunakan terapi suntik, satu kali suntik untuk satu minggu saja sekitar 2,5-3 juta rupiah. Bisa dibayangkan berapa total biaya jika pengobatan berlangsung hingga enam bulan," katanya.
Pemerintah, menurut Rino, sudah menunjukkan komitmen membantu proses pengobatan penyakit ini dengan menyediakan akses pengobatan bagi masyarakat melalui BPJS Kesehatan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan menghabiskan ratusan juta rupiah agar bisa terbebas dari penyakit hati ini.
Indonesia hingga kini masih menggunakan terapi suntik interveron untuk pengobatan Hepatitis, padahal bagi beberapa orang interveron memberi efek samping yang cukup serius.
"Efek samping akibat penggunaan interveron antara lain demam, hemoglobin dan leukosit turun, juga ngilu pada otot," tutur Rino.
Terapi suntik interveron juga harus dilakukan oleh internis atau dokter spesialis penyakit dalam, tidak bisa dilakukan oleh dokter umum.
"Ini menimbulkan kendala baru mengingat kurangnya jumlah dokter spesialis di Indonesia, terutama yang ahli di bidang hepatitis," kata pria berkacamata itu.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014