Salahkah berbahasa campuran asing?

27 Oktober 2014 18:24 WIB
Salahkah berbahasa campuran asing?
ilustrasi - simpatisan menunjukkan stiker berisi istilah Glosarium dengan mendukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) pada peringatan Sumpah Pemuda 2012 (FOTO ANTARA/FAhrul Jayadiputra)

Bahasa Indonesia 'baik' artinya sesuai dengan situasi, 'benar' sesuai dengan kaidah yang berlaku."

Jakarta (ANTARA News) - Beberapa istilah asing lebih sering digunakan masyarakat umum dibandingkan bahasa Indonesia, misalnya "meng-upload" dibandingkan  "mengunggah" atau "di-support" daripada "didukung".

Dosen linguistik program studi Indonesia Universitas Indonesia Nitrasattri Handayani berpendapat kebanyakan bahasa Indonesia "gado-gado", yang bercampur dengan bahasa asing, digunakan di media sosial.

"Penggunaan bahasa Indonesia seperti itu sejalan dengan perkembangan media sosial dan dipengaruhi oleh figur tertentu juga," kata Nitra, saat ditemui di kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat.

Menurut dia, penggunaan bahasa Indonesia seperti itu mungkin karena generasi muda merasa lebih nyaman menggunakannya untuk berkomunikasi dengan komunitas mereka.

Ia berpendapat boleh saja menggunakan bahasa seperti itu selama penggunanya menyadari hal tersebut tidak dapat digunakan pada semua situasi.

Misalnya, ketika menulis karya ilmiah atau tampil di depan forum, sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

"Pakailah bahasa Indonesia sesuai dengan sistemnya. Bahasa Indonesia 'baik' artinya sesuai dengan situasi, 'benar' sesuai dengan kaidah yang berlaku," katanya.

Selain maraknya media sosial, latar belakang keluarga menurut dia juga berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia seseorang terutama bila ia memang berasal dari keluarga yang juga memakai bahasa lain.

Nitra tidak sepakat bila penggunaan bahasa Indonesia campuran dianggap tidak menghormati Sumpah Pemuda.

Menurut dia, pemakaian seperti itu hanya ekspresi sesaat.

"Saya harap para pemuda bisa menyadari kalau bahasa Indonesia yang baik dan benar itu mencerminkan kepribadian mereka," katanya.

"Jangan salah berbahasa asing malu, lalu berbahasa Indonesia asal-asalan."

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014