"Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat semula luas sawah 40.000 haktare kemudian menjadi 38.000 hektare," kata Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian Pemkab Tangerang Budiman di Tangerang, Selasa.
Budiman mengatakan bahwa lahan yang berkurang itu merupakan sawah produktif yang airnya berasal dari irigasi teknis dan sawah tadah hujan.
Menurut dia, sawah irigasi teknis tersebut dapat panen dua kali dalam setahun dengan hasil maksimal 6,1 ton per hektare.
Sedangkan sawah tadah hujan hanya mampu panen sekali dalam setahun karena mengandalkan air hujan untuk mengairi tanaman padi.
Namun kebutuhan lahan untuk industri dan perumahan sudah tidak dapat dielakan karena memang dijual oleh pemilik kepada pengusaha.
Para pengusaha membangun pabrik dan pergudangan serta kompleks perumahan yang berada di Kecamatan Kosambi, Sepatan dan Teluknaga.
"Kami tidak dapat menolak pemilik lahan untuk menjual kepada pengusaha karena itu merupakan hak mereka," katanya.
Pihaknya hanya menganjurkan agar petani tidak menjual lahan produktif tersebut bila memang tidak ada keperluan mendesak atau penting untuk biaya anak sekolah atau kebutuhan lain.
Lahan produktif yang dijual petani tersebut tersebar di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Gunung Kaler, Sukamulya, Kronjo, Mekar Baru, Sepatan Timur, Mauk, Sepatan, Kemiri dan Pakuhaji.
Dia mengatakan kebutuhan padi untuk dikonsumsi warga Kabupaten Tangerang belum mencukupi dan harus didatangkan dari Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Solo, Jawa Tengah.
(A047)
Pewarta: Adityawarman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014