Jenis yang paling pesat pertumbuhannya adalah koperasi yang bergerak di sektor keuangan, seperti koperasi simpan pinjam atau koperasi jasa keuangan, termasuk yang beroperasi secara syariah.
Adalah Baitul Mal wa Tamwil (BMT), koperasi jasa keuangan syariah, yang terus berbenah diri dan meluaskan jejaringnya.
Mengapa pertumbuhan BMT begitu pesat?
Ketua Umum Perhimpunan BMT Indonesia (PBMTI) Joelarso mengemukakan, BMT memiliki beberapa keunggulan yang sudah terbukti.
Pertama, menurut dia, BMT sebagai koperasi yang dipercaya masyarakat luas untuk menyimpan dananya, dan kedua sebagai koperasi yang memberi edukasi masyarakat agar giat menabung dan merencanakan keuangannya.
Adapun hal ketiga, disebutnya, BMT sebagai koperasi yang telah memberi pembiayaan mudah dan murah kepada anggota, yang mayoritas adalah usaha mikro.
"Keempat, sebagai usaha yang beroperasi secara syariah BMT mendidik hidup yang baik secara Islami," kata Joelarso .
Ia menyatakan pula, BMT mendorong masyarakat memiliki sikap produktif dan tindakan produktif.
Perhimpunan BMT Indonesia yang dikenal pula sebagai BMT Center diprakarsai oleh 12 BMT yang disetujui oleh 96 BMT saat deklarasi pada 14 Juni 2005 di Jakarta.
Semula, Perhimpunan BMT Indonesia hanya beranggotakan sejumlah BMT di Pulau Jawa. Kini beranggotakan 550 BMT dari 11 provinsi yang tersebar di Indonesia, delapan di antaranya sudah terbentuk kepengurusan wilayah dan daerah.
Pada Agustus 2014 sebanyak 550 BMT anggota mengelola dana sekitar Rp11 triliun, yang diperkirakan merupakan 75 persen dari total kelolaan BMT se-Indonesia. Jumlah orang yang dilayani mencapai 2,7 juta keluarga.
"Kini BMT telah mampu merekrut lebih 10.000 insan BMT yang memberikan layanan dari 800-an kantor layanan," kata Saat Soeharto Amjad, anggota Majelis Wali Amanah Perhimpunan BMT Indonesia.
Dikatakannya, pertumbuhan aset mencapai 35 persen per tahun dan kontraksi ekonomi Indonesia telah diperkirakan.
Saat menyatakan, perhimpunan ini menginginkan BMT fokus pada komunitas masing-masing, seperti perajin tembaga, tahu dan sektor jasa. "Ketika pelayanan diseragamkan, maka akan hilang manfaatnya," ujarnya.
Ia pun memberi contoh, Desa Tumang, Boyolali, adalah kisah sukses kemitraan BMT dan para perajin tembaga.
Perhimpunan BMT Indonesia tampak siap membuat sejarah perubahan ekonomi Indonesia, seperti sejarah yang dibuat sekelompok tokoh Islam yang berhimpun dalam Sarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 diprakarsai HM Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto meletakkan sejarah menuju masa depan.
"Apakah mereka yang berkumpul dan mencetuskan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu akan mengira sumpah sekelompok pemuda akan membuat sejarah bagi Indonesia?", kata Anggota Dewan Pakar Perhimpunan BMT Indonesia, Anies Rasyid Baswedan.
Ia mengemukakan hal itu kepada 690 orang yang hadir dari perwakilan BMT se-Indonesia dalam sarasehan Masyarakat Produktif dan Jambore BMT, Selasa (21/10).
Acara yang bertajuk "Bakti Untuk Negeri" yang berlangsung di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta, pada 21 hingga 23 Oktober 2014 itu antara lain dihadiri Ketua Perhimpunan BMT Indonesia Joelarso dan anggota Majelis Wali Amanah Perhimpunan BMT Indonesia Saat Soeharto Amjad.
Selama beberapa tahun terakhir Perhimpunan ini menyelenggarakan pertemuan tahunan bagi para manajer puncak dan atau pengurus BMT. Pertama kali 2009, bersamaan dengan Rapat Umum Pemegang Saham PT Permodalan BMT Ventura di Jakarta.
Kemudian, pertemuan kedua 2010 dilaksanakan di Jakarta, dilanjutkan di Kuala Lumpur; pertemuan ketiga 2012 di University Club Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pada 2012; dan pertemuan kempat 2013 di Singapura dan Batam.
Selain Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Anies menyebut ekonomi Indonesia saat ini tidak lepas dari rangkaian sejarah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang meletakkan ekonomi umat Islam.
"Yang Anda lakukan dengan BMT menghimpun dana ummat yang berserakan kemudian menyalurkannya adalah sejarah yang akan dirasakan hingga generasi berikutnya," kata Anies, yang 26 Oktober 2014 mendapat mandat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Oleh karena itu, ia menilai, BMT jauh lebih siap menatap masa depan ekonomi Indonesia.
Selama ini, menurut dia, kegagalan yang sering dialami umat Islam dalam berbagai hal, khususnya dalam masalah ekonomi adalah bukan karena mereka tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi, namun semata-mata karena umat Islam tidak antisipatif terhadap perubahan yang datang bertubi-tubi.
"Saya yakin BMT mampu mengantisipasi perubahan zaman dengan menyiapkan langkah ekonomi umat sehingga menjadi kreatif dan antisipatif," demikian Anies Baswedan. (*)
Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014