Sara, panggilan akrab Rahayu Saraswati, menjadi anggota komisi DPR yang membidangi sosial, anak, pemberdayaan perempuan dan agama.
Dia mengatakan, di parlemen maupun sebagai aktris, dia konsisten berjuang menghapus praktik perbudakan anak dan perempuan.
"Jalan Tuhan berbeda saat ini membawa saya terjun ke dunia politik untuk memperjuangkan hak masyarakat," kata anak Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo itu.
Sara memutuskan terjun ke dunia politik pada 2009 dengan memulai sebagai aktivis antiperdagangan perempuan dan perbudakan modern.
Kini, dia tampil dalam film Gunung Emas Almayer yang menceritakan soal perbudakan.
"Jadi peran saya pada film ini dan tugas saya sebagai anggota parlemen sangat berkaitan untuk berjuang nyata menghilangkan perbudakan modern," tegas Sara baru-baru ini di Jakarta.
Gunung Emas Almayer yang mengambil sudut cerita dari novel klasik pertama Joseph Conrad berjudul "Almayers Folly" akan tayang perdana di bioskop Indonesia pada Kamis 6 November 2014.
Sara berperan sebagai budak bernama Taminah.
Selama sebulan, Sara berada di desa Malaysia untuk mengambil gambar dengan deraan mulai dari gigitan nyamuk, sengatan sinar matahari, bermain air sungai yang kotor hingga mengonsumsi nasi lemak.
Perempuan yang pernah mengenyam pendidikan seni peran di Amerika Serikat dan Inggris itu tidak mempersoalkan beratnya lokasi syuting; dia telah bermain film secara profesional sejak berusia 14 tahun.
Prestasi wanita berusia 28 tahun itu antara lain meraih gelar penghargaan aktris terbaik melalui Film "Merah Putih" yang berperan sebagai Senja pada Festival Film Internasional Bali 2009.
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014