Angin puting beliung juga merobohkan sejumlah pohon besar di jalan penghubung antardesa setempat. Hingga Sabtu siang, warga desa setempat masih bergotong-royong membetulkan rumahnya yang rusak dengan kategori ringan dan sedang.
Warga desa setempat, Jiran, mengatakan, hujan yang melanda saat itu sangat deras. Hujan perdana setelah musim kemarau panjang tersebut turun disertai angin yang menderu-deru.
"Hujan deras sekali. Saat saya melihat ke belakang rumah terdengar suara gemuruh angin yang sangat kencang. Kejadiannya sangat cepat," ujar Jiran kepada wartawan, Sabtu.
Menurut dia, meski sebentar, angin tersebut telah merusak atap rumahnya. Genting-genting rumahnya berhamburan karena diterjang angin.
"Kami panik, makanya langsung keluar rumah saat angin kencang berlangsung. Setelah berhenti, baru sadar kalau yang terjadi adalah angin puting beliung," katanya.
Beruntung, kerusakan rumahnya hanya ringan. Hanya bagian atapnya yang tersapu angin dan tidak sampai menyebabkan bangunan roboh.
Berdasarkan pendataan warga desa setempat, jumlah rumah yang rusak mencapai sekitar 180 rumah. Dari jumlah tersebut, 10 rumah warga di antaranya rusak sedang dan 180 rumah lainnya rusak ringan.
Warga mengaku belum ada petugas dari BPBD atau pemkab setempat yang datang ke lokasi untuk melakukan pendataan. Warga berharap ada perhatian dari pemerintah daerah setempat atas peristiwa tersebut.
Selain membersihkan rumahnya, warga juga bergotong-royong menyingkirkan batang pohon yang tumbang menghalangi jalan desa dengan cara memotongnya. Warga berharap anging puting beliung tidak terjadi lagi saat hujan turun nantinya.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014