"Metode penyuluhan kesehatan dengan wayang koplo ini metode interaktif. Ini adalah sebuah tontonan yang dibingkai dengan tuntutan menuju tatanan yang lebih baik lagi," kata dalang wayang koplo Sugeng Rahanto MPH atau Ki Suhan Darmocarito, di Jakarta, Selasa.
Ditemui disela-sela acara "Simposium Regional Riset Kesehatan Asia Pasifik", di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Sugeng yang juga seorang peniliti dan budayawan ini menuturkan ide wayang koplo muncul ketika penetapan tema 50 Tahun Hari Kesehatan Nasional (HKN) oleh Kementerian Kesehatan RI.
"Saya mendengar dari Kemenkes bahwa tahun ini temanya 'Sehat Bangsaku Sehat Negeri. Dan itu ada sub temanya stop narkoba, jangan pakai narkoba, stop seks bebas dan stop rokok," ujarnya.
Ia memikirkan cara menyuguhkan penyuluhan kesehatan yang tidak terkesan monoton bagi anak muda namun tetap memperhatikan unsur budaya tradisionalnya.
"Akhirnya saya pakai wayang kulit. Namun itu terlihat klasik, sementara anak terkadang kurang menyukainya. Maka dipakai wayang koplo ini. Bentuk wayangnya mirip dengan wayang golek," katanya.
Ia mengatakan pertunjukan wayang koplo untuk penyuluh kesehatan tersebut pertama kali dipentaskan di salah satu sekolah menengah atas di Surabaya, Jawa Timur, dengan mengundang berbagai narasumber seperti dari BNN, kepolisian, psikolog hingga dinas kesehatan.
Ada dua karakter utama dalam pagelaran wayang koplo ini yakni Mat Teler dan Mat Koplo.
"Mereka ini simbol kaum oplosan. Yang satu hobinya minum miras yang satu lagi pemakai narkoba dan keduanya suka merokok," kata dia.
Sekali pementaskan wayang koplo, ia dibantu oleh 12 orang dan pagelarannya tersebut ditampilkan dengan efek-efek seperti suara batuk dan asap rokok.
"Satu kali pertunjukan wayang koplo ini terdiri dari empat babak, yang mana pada babak terakhir kami gunakan sebagai sarana interaktif antara narasumber dengan audiensi," katanya.
Ia berharap, kegiatan penyuluhan kesehatan dengan wayang koplo ini bisa terus dipentaskan karena kegiatan ini juga menjadi bagian pelestarian budaya bangsa.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014