"Mudah-mudahan demikian. Ada 20 individu yang siap rilis di bulan April atau Mei, dan 6 lagi di pertengahan tahun," kata drh Agus Irwanto, manajer Program dan Rehabilitasi Lahan Samboja Lestari, fasilitas penyelamatan orangutan milik BOSF di Samboja, 56 km utara Balikpapan, Kamis.
Saat ini, ujar Agus, pihaknya selain mulai menyiapkan para kandidat pelepasliaran, juga kembali mencari dukungan dari para pihak untuk mewujudkan kegiatan tersebut, terutama dukungan dana.
Disebutkannya, diperlukan tidak kurang dari Rp4 miliar untuk satu kegiatan pelepasliaran.
Saat ini tempat pelepasliaran adalah hutan Kehje Sewen di Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Hutan ini jauhnya lebih kurang 500 km dari Balikpapan. Hutan itu bekas HPH penebangan, yang kini dikelola oleh PT Rehabilitasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), yang sebagian besar sahamnya juga dimiliki BOSF.
Kondisi hutan hujan tropis di ketinggian 100-300 meter dari permukaan laut itu merupakan habitat paling baik bagi orangutan.
Orangutan yang dilepasliarkan dari Samboja Lestari, misalnya, dibawa dulu dengan truk ke Bandara Sepinggan di Balikpapan. Mereka dimasukkan ke dalam kandang-kandang alumunium yang ringan namun kokoh dan kuat.
Begitu tiba di Bandara, melalui jalur kargo, truk berisi orangutan langsung menuju ke pintu pesawat di apron. Dengan pesawat Cessna jenis Twin Otter, dapat diangkut 7-10 ekor orangutan. Untuk memberi ruang bagi kandang-kandang itu kursi-kursi di dalam pesawat dilepas dahulu.
Begitu sampai di Muara Wahau, di sebuah bandara kecil di kecamatan itu, para orangutan melanjutkan perjalanan dengan helikopter. Kandang-kandang mereka diikatkan dan digantung untuk dibawa terbang menuju titik pendaratan di Kehje Sewen.
Kemudian, dari dropping zone atau titik pendaratan, para orangutan dibawa lagi ke titik pelepasliaran, yang bisa berbeda-beda untuk setiap orangutan.
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014