Dari berbagai aksesoris dan spare part yang disediakan di sentra penjualan onderdil di kawasan Otista Raya, Jakarta Timur, spare part dan aksesoris racing lah yang paling digemari.
Seorang pemilik toko di kawasan itu, Edi Permana, saat ditemui ANTARA News Rabu membenarkan bahwa aksesoris racing (balap) yang paling digemari para pemodifikasi.
"Pelanggan biasanya suka spare part balap dengan cat yang warna-warni," kata Edi ketika ditemui di tokonya kawasan Otista Raya, Jakarta Timur, Rabu (26/11).
Edi mengatakan, velg racing yang paling diminati mulai dari ukuran 16 inci untuk matic hingga ukuran 17 inci untuk motor bebek.
Edi menawarkan sepasang velg racing sepeda motor dengan kisaran harga Rp600.000 hingga Rp1 juta tergantung motif dan jenisnya.
Ia mengaku velg balap yang diimpor dari Jepang dan Tiongkok tersebut sangat diminati karena kualitas bahan yang baik serta warna yang variatif.
Sementara pemilik toko lainnya, Riko Samuel, mengungkapkan hal yang sama. Selain velg balap, konsumen dari kelas menengah juga menyukai knalpot racing.
"Knalpot racing untuk motor dua tak juga banyak peminatnya, dalam sehari biasanya laku sampai lima unit," katanya.
Riko mengatakan, rata-rata dalam sebulan ia memperoleh penghasilan sekitar Rp13 juta dari berdagang aksesori.
Di antara para pembelinya, sebagian besar adalah berusia remaja atau pelajar.
Menurut seorang pedagang spare part, Rusman Wijaya, suku cadang bawaan pabrik yang biasanya berwarna hitam atau perak dianggap membosankan sehingga banyak pemilik motor menggantinya dengan spare part aksesoris yang banyak pilihan.
"Paling banyak konsumen itu mengganti spare part bawaan dengan aksesori dari Thailand yang berwarna-warni, bahkan baut kendaraan saja juga diganti," ujar pria yang sudah berdagang sejak 14 tahun silam tersebut.
Meski sangat diminati, Rusman mengaku kualitas aksesori impor tersebut memang tidak sebagus orisinal bawaan pabrik kendaraan.
Menurut dia, aksesori yang beredar di pasar saat ini lebih pas untuk kendaraan lomba dan kontes modifikasi, bukan untuk dipakai sehari-hari, apalagi untuk berkendara jarak jauh.
Pembeli yang datang ke toko Rusman tidak selalu ramai, contohnya ketika musim hujan datang, pembelinya pun turun.
Penghasilan yang biasanya hingga sekitar Rp15 juta per bulan bahkan menurun hampir 50 persen.
"Kalau sudah musim hujan, penjualan menurun drastis. Mungkin karena konsumen harus bolak-balik mencuci motor sehabis kehujanan, banyak spare parts kualitas rendah jadi berkarat," kata dia, sehingga mereka menunda pembelian.
Pewarta: Adimas Raditya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014