Ukuran payudara tidak tentukan resiko kanker

3 Desember 2014 18:57 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Jaringan payudara terdiri dari lemak dan jaringan payudara, beberapa perempuan memiliki lebih banyak jaringan lemak, sementara yang lainnya memiliki jaringan payudara yang lebih banyak daripada jaringan lemak.

"Payudara tidak hanya onggokan daging, itu seperti sebuah bangunan yang didalamnya seperti kompleks, diantaranya jaringan lemak dan jaringan payudara," kata dokter Aru Sudoyo, chairman POI dan perwakilan yayasan kanker Indonesia, dalam acara diskusi pemaparan hasil penelitian "Value of Knowing" GE Healthcare di Jakarta, Rabu.

"Ukuran payudara seseorang tidak menjadi korelasi, bisa jadi ukuran payudaranya besar karena jaringan lemaknya lebih tinggi," lanjutnya.

Jaringan payudara yang padat terdiri dari sedikit jaringan lemak dan banyak jaringan payudara. Penelitian yang dilakukan GE Healthcare, perusahaan teknologi alat kesehatan, menyebutkan jaringan payudara yang padat dapat menutupi jaringan kanker pada pemeriksaan mamografi.

Hal tersebut dibenarkan oleh dokter Aru yang mengatakan jaringan payudara yang padat menyebabkan sulitnya mendeteksi kanker payudara.
(Baca juga: Inilah tips deteksi dini kanker payudara)

"Jaringan payudara yang padat terjadi karena jaringan ikatnya yang tinggi. Jaringan yang padat itu menyebabkan kanker sulit dideteksi, namun kanker sendiri tidak berkaitan dengan jaringan ikat," katanya.

Ia menganalogikan kanker dan jaringan payudara yang padat dengan seseorang yang bersembunyi di balik banner akan mudah terlihat dibanding seseorang yang bersembunyi dibalik pintu karena partikel pintu lebih padat dari pada banner.

Untuk mengetahui seorang perempuan memiliki jaringan payudara yang padat atau tidak, dokter Aru mengatakan perempuan dapat melakukan pemeriksaan sendiri dengan melihat bentuk fisik payudara mereka.

Sementara itu, ia menyebutkan bahwa gaya hidup, seperti makan merupakan faktor terbesar penyumbang resiko kanker payudara.

"Faktor keturunan, dalam hal ini hereditas, hanya 6 sampai 10 persen, sisanya environmental dan lifestyle," kata dokter Aru.

"Sedangkan mitos yang meyebutkan keturunan merupakan salah satu faktor terkena kanker, sebenarnya merupakan sifat familial karena kecenderungan suatu keluarga yang memiliki pola hidup yang sama," tambahnya.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014