"Iya, ini adalah gajah yang dipasang kalung GPS oleh BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) dan WWF (LSM lingkungan). Penyebab kematian kami belum tahu pasti, tapi dari BBKSDA sudah melakukan otopsi," kata anggota Himpunan Penggiat Alat (Hipam) Zulhusni Sukri, ketika dihubungi dari Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan gajah tersebut sekitar sebulan lalu masih terpantau sehat, namun beberapa hari terakhir sinyalnya yang terpantau dari kalung GPS tidak cukup kuat untuk mendeteksi lokasi satwa bongsor itu.
Terakhir kali saat hidupnya, Zulhusni mengatakan gajah berkelamin betina itu terdeteksi berada di rawa-rawa sebelum akhirnya ditemukan mati di perkebunan sawit warga di Desa Tengganu pada Senin malam (8/12).
Warga langsung melaporkan penemuan gajah mati itu ke BBKSDA, dan menurut Zulhusni petugas BBKSDA langsung melakukan otopsi pada malam hari setelah laporan tersebut diterima.
"Kalau untuk tanda-tanda mati racun kami belum tahu pasti," ujarnya.
Ia mengatakan, gajah malang tersebut diperkirakan berusia 30 tahun yang merupakan kelompok kawanan yang terdiri dari 11 ekor gajah liar. Gajah tersebut diperkirakan sudah mati sekitar lima hari lalu, dan kondisi badannya mulai membusuk.
Ia mengatakan lokasi gajah tidak jauh dari Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja yang kondisinya kini sudah rusak karena berganti menjadi permukiman dan kebun kepala sawit.
Zulhusni mengatakan hingga kini bangkai gajah tersebut masih berada di tengah perkebunan dan belum dikubur.
"Kami masih menunggu instruksi BBKSDA untuk mengubur gajah ini, karena kalau tidak dilakukan dengan benar akan membuat konflik dengan masyarakat sekitar," ujarnya.
Namun, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari BBKSDA Riau mengenai hasil otopsi terkait indikasi awal penyebab kematian gajah Sumatera itu.
Berdasarkan rekam jejak ANTARA terkait kematian gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus), daftar kematian gajah di Riau kini mencapai 46 ekor dalam kurun tiga tahun terakhir sejak 2012. Selama tahun 2014 ini, berarti sudah ada 16 kasus kematian gajah yang sebagian besar tidak wajar.
Meski begitu, tidak ada satu pun dari puluhan kasus kematian gajah tersebut bisa diungkap oleh BBKSDA Riau untuk mendapatkan pelakunya.
Sedangkan, selama 2012-2014, Indonesia telah kehilangan 91 individu gajah sumatera karena mati di Aceh, Riau dan Lampung.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014