Bersama timya, Blicke baru saja memublikasikan hasil penelitian soal bagaimana kemampuan membaca emosi bisa mengarahkan orang di dunia kerja untuk menghasilkan lebih banyak uang.
Menurut Blickle, orang yang unggul dalam mengenali emosi "dianggap secara sosial dan politis lebih berketerampilan dibandingkan kelompok lain oleh rekan-rekan sekerjanya. Para penyelia mereka juga menganggap mereka berketerampilan sosial dan politik lebih baik. Dan paling penting, pendapatan mereka naik lebih besar."
Pada eksperimen itu, 142 orang dewasa diminta melihat gambar-gambar dan mendengarkan rekaman aktor dan anak-anak yang mengungkapkan perasaan hatinya.
Para responden diminta untuk menyebutkan emosi apa --sedih, marah, bahagia-- dari ungkap perasaan hati itu.
Ternyata, mereka yang paling baik mengenali emosi punya potensi sukses 90 persen, sebaliknya yang kurang mengenali emosi paling banter bisa sukses 60 persen.
Setelah percobaan ini, para peneliti menindaklanjuti dengan menanyai para kolega dan penyelia para responden penelitian, mengenai seberapa tulus, berpengaruh, dan cepatkah responden-responden itu dalam menjalin hubungan di tempat kerja.
Tim peneliti mereplikasi penelitannya pada 156 responden yang berbeda berdasarkan jenis kelamin, umur, pelatihan, jam kerja dan titelnya.
"Kami mengamati semua varian ini," kata Blickle. "Efek kemampuan dalam mengenali emosi terhadap pendapatan masih bertahan."
Dimensi bisnis bagi kecerdasan emosional begitu kuat sampai-sampai perusahaan yang berpikiran maju memasukkannya ke rekrutmen dan manajemen.
Pada 1990-an, L'Oreal mulai menggunakan kecerdasan emosi saat menyewa tenaga pemasarnya. Rekrutmen ini dilakukan dengan pertimbangan pengetahuan emosional mereka bisa menjual 91.370 dolar AS setiap tahun lebih banyak dibandingkan rekan-rekannya, untuk mencetak pendapatan bersih sampai 2,5 juta dolar AS.
Baru-baru ini, kerajaan pizza Chicago, Lou Malnati, menempatkan kecerdasan emosi sebagai pusat bisnisnya.
"Ada 2.400 orang yang bekerja di perusahaan ini dan pekerjaan terbesar adalah menciptakan hubungan dan melayani orang," kata CEO Marc Malnati kepada Business Insider.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014