269.000 ton sampah plastik cemari samudra dunia

11 Desember 2014 13:15 WIB
269.000 ton sampah plastik cemari samudra dunia
Pemulung memilah sampah rumah tangga yang air laut laut di kawasan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (11/8). Kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan yang masih rendah menyebabkan sampah rumah tangga memenuhi Teluk Kendari. (ANTARA FOTO/Ekho Ardiyanto)
Washington (ANTARA News) - Para peneliti mengungkapkan bahwa polutan plastik di samudra sudah mencapai 269.000 ton menurut data dari 24 kapal ekspedisi yang mengelilingi dunia selama enam tahun.

Aneka polutan plastik seperti tas belanja, botol, tutup botol, mainan, dot, sikat gigi, bot, ember, pegangan payung, alat pancing, sampai dudukan toilet sudah masuk ke lautan.

"Ada jauh lebih banyak polusi plastik di luar sana dibandingkan perkiraan sebelumnya," kata Marcus Eriksen, direktur riset 5 Gyres Institute di Los Angeles yang meneliti jenis polusi ini.

"Semua yang bisa kau bayangkan terbuat dari plastik. Ini seperti Walmart atau Target terapung," tambah Eriksen, yang memimpin studi yang hasilnya dipublikasikan di jurnal PLOS ONE.

Eriksen mengatakan 92 persen plastik tiba dalam bentuk "mikroplastik" - partikel dari benda lebih besar yang rapuh karena sinar matahari dan terkoyak atau terpecah jadi kepingan oleh gelombang, gigitan hiu dan ikan lain.

Dalam beberapa tahun terakhir para ahli sudah menyuarakan peringatan tentang bagaimana polusi plastik membunuh banyak burung laut, mamalia laut dan makhluk lain ketika menodai ekosistem laut.

Barang plastik seperti jaring ikan menyebabkan lumba-lumba, kura-kura laut dan binatang lain terjerat hingga mati. Pecahan plastik juga bisa tertelan dan menyangkut di tenggorokan dan saluran pencernaan binatang laut.

Para peneliti mengatakan sampah plastik masuk ke laut dari sungai-sungai dan daerah pesisir pantai padat penduduk serta jalur-jalur kapal.

Barang-barang plastik lebih besar yang melimpah di garis pantai sering mengapung ke lima pilinan subtropis dunia - kawasan besar yang memutar arus di Utara dan Selatan Pasifik, Utara dan Selatan Atlantik, serta Samudera India.

Di tengah pilinan ini, sampah plastik menumpuk menjadi "petak sampah" sangat besar yang bertindak sebagai "pencampur dan penghancur raksasa yang membuat plastik dari potongan besar menjadi mikroplastik," kata Eriksen.

Menurut hasil studi berbasis data ekspedisi ke lima pilinan subtropis, pesisir Australia, Teluk Benggala, dan Laut Mediterania, diperkirakan ada 5,25 triliun partikel sampah plastik.

Partikel plastik sangat kecil, yang besarnya seukuran butiran pasir, telah terbawa arus samudra dan bahkan mencapai bagian dalam kawasan kutub.

Para peneliti mengatakan partikel-partikel itu siap menyerap polutan kimia seperti PCB, DDT dan lainnya, dan racun-racun ini masuk ke jaring makanan laut ketika tertelan oleh ikan atau makhluk laut lain.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014