"Saya sangat mengutuk ulah teroris itu, yang menewaskan beberapa orang dan mencederai banyak lagi. Tidak ada korban asal Prancis," kata pernyataan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius.
Ia menyatakan satuan darurat dibentuk di Kabul dan Prancis untuk menyelidiki yang terbaru dalam rangkaian serangan terhadap ibukota Afghanistan dalam beberapa pekan belakangan itu.
Fabius menyerukan pelaku tindakan keji itu ditemukan dan diadili.
Dengan perang persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO pimpinan Amerika Serikat melawan Taliban hampir berakhir, pemberontak menyasar wisma tamu asing, kendaraan kedutaan, tentara Amerika Serikat dan wanita anggota parlemen dalam beberapa pekan belakangan.
Banyak pekerja bantuan asing, diplomat dan konsultan bekerja di Kabul, tapi sangat sedikit yang disertai keluarga.
Jumlah pasukan NATO di Afghanistan mencapai puncak 130.000 orang pada 2010, tapi merosot cepat sejak saat itu. Tugas tempur mereka berakhir pada 31 Desember ini.
Kekhawatiran tumbuh bahwa penurunan kehadiran pasukan asing itu memicu pemberontakan kelompok keras.
Tugas tempur NATO akan digantikan kekuatan 12.500 tentara, yang mendukung tentara dan polisi Afghanistan, yang mengambil alih tanggung jawab untuk mengalahkan Taliban.
Serangan Taliban pada awal Desember di Kabul menewaskan seorang ayah asal Afrika Selatan, yang menjalankan amal pendidikan bersama dua anak remajanya, kata pejabat dan kelompok itu.
Kemitraan Cendekiawan dan Pembangunan (PAD), kelompok kecil pendidikan berpusat di Kalifornia, menulis di lamannya bahwa tiga orang tewas dalam serangan di gugusnya.
"Serangan beberapa orang bersenjata, termasuk salah satu yang meledakkan peledak pribadi, menewaskan tiga orang dan melukai petugas lain," kata media gaulnya itu.
Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, di Twitter menyatakan gugus itu adalah tempat kelompok pengiinjil rahasia Kristen.
Sebelumnya, Taliban menyerang wisma asing lain, melukai seorang penjaga, dan pembom jibaku menyasar kendaraan kedutaan besar Inggris dalam ledakan menewaskan enam orang. (B002/AK)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014