"Suryawangsa 2 ini pengembangan dari Suryawangsa 1 dengan konsep city car. Risetnya sudah dilakukan sejak 2010. Kebetulan untuk yang kali ini penyempurnaan dengan mengembangkan jenis microbus, dengan menggunakan energi listrik dari sel surya," kata Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Fahri di sela-sela peluncuran mobil listrik bertenaga surya tersebut di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta, Jumat.
Saat ini pengembangan Suryawangsa 2 masuk ke fase tiga, yakni riset penyempurnaan dan pengembangan, setelah sebelumnya melalui fase pertama (2009-2010) berupa riset dasar dan fase kedua (2011-2012) berupa riset terapan yang akhirnya melahirkan produk Suryawangsa 1.
"Sekarang masuk fase tiga. Tinggal satu tahap lagi, kami mohon dukungannya, supaya bisa masuk ke tahap empat sekitar 2015 sampai 2020 sehingga bisa dilakukan produksi massal terbatas," ujar Fahri.
Dengan melakukan uji coba perjalanan jauh dari Jakarta hingga Malang, Jawa Timur, ia mengatakan akan dilakukan evaluasi, pengkajian kembali kekurangan dan kelebihannya sebelum bisa diproduksi massal.
"Ini tidak pakai uji emisi karena tanpa bahan bakar minyak. Tapi masalahnya memang ada perizinannya untuk kendaraan listrik ini, kami minta tolong pemerintah agar mau memberikan kemudahan-kemudahan bagi anak-anak bangsa ini agar tidak dipersulit untuk perizinannya (di Kementerian Perhubungan), karena kendala yang kami temui selama ini dari situ," ujar dia.
Menurut dia, dana yang telah dikeluarkan untuk melakukan riset hingga pengembangan desain dasar Suryawangsa 2 mencapai Rp107 juta.
"Untuk harga jual umum nanti kita perkirakan bisa sekitar Rp80 juta hingga Rp90 juta. Murah sekali, kalau kita memang buat sendiri," katanya.
Kepala SMK Muhammadiyah Haur Geulis Suparman mengatakan pembuatan mobil listrik bertenaga surya Giwangkara memanfaatkan bahan daur ulang, dan memanfaatkan dinamo DC yang sudah tidak terpakai.
Peluncuran dan test drive Suryawangsa 2 dan Giwangkara disaksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Baedhowi, staf ahli Menteri Riset, Teknoligi, dan Pendidikan Tinggi.
Spesifikasi
Mobil-mobil karya SMK Muhammadiyah ini merupakan hasil riset dan pengembangan yang melibatkan guru dan siswa dari lima kompetensi keahlian, yakni Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Ototronik, Teknik Instalasi Tenaga Listrik dan Teknik Komputer dan Jaringan.
SMK Muhammadiyah berkolaborasi dengan Laboratorium Power System Operation and Control Institut Teknologi Surabaya (ITS), sedangkan supervisor ahlinya microbus Suryawangsa 2 adalah Guru Besar Rekayasa Enerji Listrik ITS Imam Robandi.
Microbus Suryawangsa 2 tipe Arjuna 4.0 memanfaatkan panel surya yang dengan waktu pengisian baterai hingga dua jam, menurut Fahri, masih produk luar negeri.
Mobil ini sebenarnya merupakan kendaraan listrik dengan sumber energi gabungan antara energi listrik dari baterai dan sinar matahari dengan daya motor 4.000 watt.
Mobil berkapasitas empat penumpang ini menggunakan empat unit photovoltaic yang dilekatkan di bagian atas microbus, menggunakan delapan baterai berjenis Seal Lead Acid (basah), memanfaatkan motor DS Series dengan daya 4 KW berkecepatan 5.000 rpm. Selain itu, mobil yang memiliki dimensi panjang 3500 mm, lebar 1.600 mm, tinggi 2.200 mm, berat kosong 850 kg ini dapat dipacu dengan kecepatan maksimum 70 kilometer per jam.
Untuk mobil listrik Giwangkara menggunakan motor tipe DC Electro Motor dengan tenaga 7,5 KW, memanfaatkan delapan baterai dan empat solar panel. Mobil ini memiliki dimensi panjang 3.400 mm, lebar 1.550 mm, tinggi 1.300 mm, dan berat mencapai 1.080 kg.
Mobil listrik bertenaga surya karya guru dan siswa SMK Muhammadiyah Haur Geulis ini berkapasitas empat orang dengan daya jelajah enam jam dan dapat dipacu hingga kecepatan 40 kilometer per jam. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian baterai antara enam hingga delapan jam.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014