Korban banjir Langkat panen kayu gelondongan

22 Januari 2015 04:01 WIB
Korban banjir Langkat panen kayu gelondongan
Manfaatkan Kayu Gelondongan. Seorang anak membantu orang tuanya mengumpulkan kayu gelondongan yang terbawa arus banjir bandang atau "Galodo" di Jorong Sungai Pangkua, Nagari Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, Minggu (16/12). Masyarakat setempat memanfaatkan kayu tersebut untuk dijadikan kayu bakar, saat ini masyarakat masih membutuhkan batuan makanan dan pakaian. (FOTO ANTARA/Arif Pribadi)

Warga memanen kayu gelondongan yang dibawa banjir."

Langkat, Sumut (ANTARA News) - Warga korban banjir Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, memanen kayu gelondongan yang terbawa saat banjir dari sungai Batang Serangan.

"Warga memanen kayu gelondongan yang dibawa banjir," kata salah seorang warga Tanjungpura, Syaiful, di Tanjungpura, Rabu.

Diperkirakan jumlah kayu yang terbawa banjir mencapai ratusan kubik, bersatu dengan sampah lainnya.

Bentuk kayu juga beragam dari kayu gelondongan besar, kecil, hingga kayu yang sudah terpotong rapi.

"Warga mengumpulkan dan membawanya ke pinggir sungai," katanya.

Kayu-kayu ini kemudian dijual ke pembuat meubel dengan harga yang cukup lumayan. Kayu ini diduga berasal dari hulu sungai Batang Serangan atau dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), katanya.

Diduga kayu ini hasil pembalakan liar yang terjadi di sana, ketika banjir terjadi ikut hanyut hingga sampai ke kota Tanjungpura ini.

"Pembalakan liar ini pulalah yang dianggap menjadi sumber bencana banjir di Kabupaten Langkat selama ini," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Wilayah Kecamatan Tanjungpura Surianto menjelaskan banjir memang sudah mulai surut dan berkurang di beberapa desa. Namun, masih ada juga desa yang hingga sekarang masih terendam banjir.

Berbagai bantuan juga sudah diterima oleh pihaknya dan disalurkan langsung kepada masyarakat korban banjir termasuk kepada mereka yang mengungsi di berbagai tempat posko pengungsian, katanya.

Pewarta: Imam Fauzi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015